Fitch Ratings Prediksi Pertumbuhan Ekonomi Indonesia Capai 6,6 Persen di 2021

10 Agustus 2020 16:46 WIB
comment
0
sosmed-whatsapp-white
copy-link-circle
more-vertical
Ilustrasi pertumbuhan ekonomi Foto: ANTARA FOTO/ Dhemas Reviyanto
zoom-in-whitePerbesar
Ilustrasi pertumbuhan ekonomi Foto: ANTARA FOTO/ Dhemas Reviyanto
ADVERTISEMENT
Lembaga pemeringkat kredit Fitch Ratings, mengumumkan peringkat kredit jangka panjang BBB untuk Indonesia dan prospeknya stabil. Dengan peringkat tersebut, pertumbuhan ekonomi Indonesia diproyeksi bisa mencapai 6,6 persen di 2021.
ADVERTISEMENT
Penegasan peringkat BBB yang disandang Indonesia berdasarkan prospek pertumbuhan jangka menengah yang menguntungkan, serta rasio utang pemerintah atau PDB yang rendah terhadap ketergantungan yang tinggi pada pembiayaan eksternal, dan pendapatan pemerintah yang rendah.
Dalam rilisnya, Fitch Ratings memperkirakan ekonomi di Indonesia akan berkontraksi sebesar 2 persen pada tahun 2020 lantaran terdampak virus corona. Kontraksi ini diperparah turunnya konsumsi rumah tangga, investasi, nilai tukar rupiah, dan pariwisata.
Dampak pandemi itu terlihat dari pertumbuhan ekonomi Indonesia pada kuartal II 2020 yang minus 5,3 persen secara year on year. Fitch Ratings mengaku sebagian besar telah diantisipasi dalam proyeksi mereka.
"Fitch memperkirakan rebound menjadi 6,6 persen pertumbuhan pada 2021. Prediksi itu didorong oleh efek basis rendah, dan memperkirakan momentum pertumbuhan akan berlanjut pada 5,5 persen pada 2022, sebagian didukung oleh fokus baru pemerintah pada pembangunan infrastruktur. Perkiraan kami, memiliki risiko yang cukup besar, khususnya karena penyebaran COVID-19 yang berkelanjutan di Indonesia," tulis Fitch Ratings dikutip kumparan, Senin (10/8).
ADVERTISEMENT
Di dalam negeri, pemerintah Indonesia mengeluarkan berbagai kebijakan untuk menanggapi krisis dengan memberikan bantuan tunai langsung (BLT) ke masyarakat agar konsumsi naik. Selain itu juga diberikan bantuan ke dunia usaha.
Total dukungan pemerintah terkait COVID-19 berjumlah Rp 695 triliun atau 4,4 persen dari PDB. Bantuan itu termasuk bantuan langsung tunai, penyediaan sembako, jaminan, dan insentif pajak.
Pemerintah juga telah mengambil kebijakan penangguhan tiga tahun atas plafon defisit sebesar 3 persen dari PDB dan pembiayaan langsung bank sentral atas defisit tersebut.
Dalam pandangan Fitch, kebijakan fiskal dalam beberapa tahun terakhir telah memberikan ruang utama untuk meringankan dunia usaha.
"Kami yakin pemerintah kemungkinan akan melanjutkan pagu defisit 3 persen dari PDB pada 2023," ujarnya.
ADVERTISEMENT
Belanja pemerintah yang lebih tinggi dan pendapatan yang lebih rendah karena perlambatan, akan menyebabkan defisit fiskal meningkat menjadi sekitar 6 persen pada 2020 dibandingkan tahun lalu yang hanya 2,2 persen.
Lembaga Pemeringkat Fitch Ratings Foto: Reinhard Krause/Reuters
Fitch Ratings memperkirakan defisit akan menyempit menjadi 5 persen pada 2021 dan 3,5 persen pada 2022, karena sebagian besar dari pengeluaran pemerintah terkait pandemi bersifat sementara.
"Kami memperkirakan utang pemerintah secara umum akan meningkat menjadi 36,7 persen dari PDB pada 2020 dari 30,6 persen dari PDB di 2019, dan mencapai puncaknya pada 39,1 persen dari PDB pada 2022," tulis Fitch.
Sementara beban utang maupun kenaikannya tahun ini (6 persen dari PDB), masih jauh lebih kecil dari median kategori 'BBB' sebesar 51,7 persen atau 9,5 persen dari PDB lebih tinggi dibandingkan tahun lalu.
ADVERTISEMENT
Namun demikian, beban utang pemerintah, jika diukur sebagai rasio terhadap pendapatan pemerintah, secara umum lebih tinggi daripada beban utang pemerintah sejenis, yaitu 307,7 persen pada tahun ini (median BBB: 138,3 persen).
Pemerintah sedang berupaya meningkatkan kepatuhan pajak, termasuk melalui sistem teknologi informasi yang lebih baik untuk memastikan penggunaan data yang tersedia secara optimal, yang seiring waktu akan meningkatkan rasio pendapatan, yang terendah di antara kategori 'BBB' di 11,9 persen pada 2020.
"Namun, penurunan bertahap dalam tarif pajak perusahaan antara 2021 dan 2023, dari 25 persen menjadi 20 persen kemungkinan akan mengimbangi beberapa keuntungan pendapatan dalam jangka pendek sebelum potensi keuntungan jangka menengah terwujud melalui investasi yang bergerak naik," tulis Fitch.
ADVERTISEMENT