Food Estate Gunung Mas Dinilai seperti Tanam Jagung di Jalan Tol

22 Januari 2024 14:48 WIB
·
waktu baca 3 menit
Tanaman jagung di dalam kantung plastik polibag di area proyek food estate Gunung Mas, Kalimantan Tengah. Foto: Walhi Kalteng
zoom-in-whitePerbesar
Tanaman jagung di dalam kantung plastik polibag di area proyek food estate Gunung Mas, Kalimantan Tengah. Foto: Walhi Kalteng
ADVERTISEMENT
sosmed-whatsapp-green
kumparan Hadir di WhatsApp Channel
Follow
Guru Besar Fakultas Pertanian Institut Pertanian Bogor (IPB), Dwi Andreas Santosa, menilai tata kelola food estate di Gunung Mas, Kalimantan Tengah, gagal karena tidak memenuhi kaidah ilmiah. Food estate di wilayah tersebut dinilai berhasil oleh cawapres nomor urut 02, Gibran Rakabuming Raka.
ADVERTISEMENT
Dwi memberi contoh, satu pilar kaidah ilmiah yang tidak dipenuhi food estate di Gunung Mas Kalteng adalah pilar pertama, yakni kelayakan tanah dan agroklimat. Dia menjelaskan, tanah di sana adalah jenis tanah berpasir yang tidak bisa untuk ditanami. Terbukti, tanaman singkong tidak berproduksi, dan akhirnya kini pemerintah mulai menanam jagung, tapi di dalam polybag.
Dwi menegaskan inovasi yang keliru itu menghambur-hamburkan anggaran pemerintah.
"Lalu menteri yang sekarang supaya itu kelihatan bisa, ditanam jagung di dalam polybag. Lah ini apa-apaan sih," kata Dwi kepada kumparan, Senin (22/1).
Dwi menyamakan dengan membuat perumpamaan menanam jagung di jalan tol.
"Ketika saya ditanya wartawan, loh mas mbak mau nyuruh saya tanam saya bisa jadikan lahan tol itu jadi lahan sawah, tak gituin kan. Jalan tol itu jadi sawah untuk tanam padi, bisa saya," ujar Dwi.
ADVERTISEMENT
"Ditanggul saja, tutupi, beri air seperti hidroponik dengan unsur hara yang komplit jadi sawah. Tapikan ya enggak benar. Karena enggak mungkin bisa berlanjut," tambahnya.
Dwi mengatakan proyek food estate di Indonesia tidak ada yang berhasil satupun. Sementara klaim dari tim Capres-Cawapres nomor urut 02 mengeklaim contoh food estate yang berhasil adalah di Pulang Pisau Kalteng.
Namun, kata Dwi, Pulang Pisau itu bukan food estate karena bukan lahan ekstensifikasi, melainkan lahan eks transmigrasi tahun 1980, di mana karakter tanahnya seperti di Pulau Jawa. Sehingga tanpa food estate, tanah di sana lebih layak ditanami.
"Kalau berhasil itu 1 hektare dinyatakan berhasil, ya, ngawur lah. Kalau 1 hektare di antara 1 juta hektare, terus dinyatakan berhasil ya ngawur. Ya seperti tadi itu, saya tanam padi di jalan tol," ungkap Dwi.
ADVERTISEMENT
"Mau? Tak berikan nanti contoh 100 meter persegi di jalan tol. Loh ini loh 100 meter persegi tanam padi di jalan tol. Apa gitu maksud berhasil? Kan enggak," tambahnya.
kumparan telah menghubungi Dirjen Tanaman Pangan Kementerian Pertanian, Suwandi, untuk mengkonfirmasi kondisi food estate di Gunung Mas, termasuk apakah penanaman jagung dilakukan seadanya di polybag.
Sebelumnya, Gibran dalam debat cawapres pada Minggu (21/1), menanggapi anggapan gagalnya proyek food estate. Ia menegaskan proyek tersebut tidak semuanya gagal.
"Intinya adalah program-program yang sudah berjalan sekarang nomor 1 dan nomor 3 ini kan kompak food estate gagal. Saya tegaskan sekali lagi pak. Memang ada yang gagal, tapi ada yang berhasil juga, yang sudah panen misalnya di Gunung Mas, Kalteng itu sudah panen jagung, singkong, itu pak. Cek saja nanti ininya, cek saja datanya," kata Gibran saat debat cawapres, Minggu (21/1).
ADVERTISEMENT