Tentang KamiPedoman Media SiberKetentuan & Kebijakan PrivasiPanduan KomunitasPeringkat PenulisCara Menulis di kumparanInformasi Kerja SamaBantuanIklanKarir
2024 © PT Dynamo Media Network
Version 1.89.0
ADVERTISEMENT
Holding BUMN tambang, MIND ID menargetkan PT Freeport Indonesia (PTFI) dapat menyetor dividen kepada pemegang saham pada tahun 2023 sebesar USD 1 miliar atau setara dengan Rp 14 triliun (kurs Rp 14.000).
ADVERTISEMENT
Meski demikian, dividen tersebut setidaknya sudah bisa dibagikan mulai 2021.
Direktur Utama Mind ID Orias Petrus Moeldak mengakui, kondisi keuangan PTFI sedang menurun. Sebab PTFI tengah memulai proses transisi dari operasi pertambangan terbuka ke penambangan bawah tanah.
Hal ini menyebabkan PTFI tidak bisa memberikan dividen sampai dengan tahun ini.
"Memang kita melihat hasil kinerja keuangan (Freeport) ini kok turun. Ini memang sesuai dengan perhitungan akan turun dalam satu, dua, mungkin tiga tahun," ujarnya di Gedung DPR RI, Jakarta Pusat, Rabu (22/1).
Menurut Orias, akuisisi PTFI merupakan salah satu langkah yang dampak positifnya baru bisa dirasakan dalam jangka panjang. Ia meyakini bahwa nantinya PTFI akan kembali memberikan dividen yang besar ketika penambangan bawah tanah sudah berproduksi maksimal.
ADVERTISEMENT
Selama ini, PTFI mampu membagi dividen hingga USD 2 miliar atau setara Rp 28 triliun kepada pemegang saham.
Orias optimistis, kondisi keuangan PTFI ke depan akan terus membaik, seiring proses peralihan tambang terbuka ke penambangan bawah tanah. Ia memproyeksikan pada tahun 2023, PTFI sudah bisa kembali membagi dividen sebesar USD 2 miliar.
Saat ini, Inalum dan Pemda memiliki 51 persen saham PTFI. Rinciannya yakni Inalum menguasai 41 persen saham dan Pemda Papua 10 persen. Apabila PTFI membagikan dividen sebesar USD 2 miliar, setidaknya Inalum dan pemerintah mendapatkan USD 1 miliar.
"Waktu itu kita hanya punya 9 persen, hanya mendapat USD 180 juta. Dan USD 180 juta itu kami sudah sangat happy," katanya.
ADVERTISEMENT
Berdasarkan perhitungan tersebut, Orias berharap pihaknya mampu membayar utang sebesar USD 4 miliar pada 2026. Utang tersebut waktu itu ditarik untuk akuisisi Freeport .
"Sebenernya 2021 sudah ada penerimaan (dividen) tapi belum sampai 1 miliar dolar AS. Jadi kalau kita hitung dengan itu 2025-2026 sudah selesai (pembayaran utang)," tuturnya.