Freeport Punya Terowongan 1.000 Km, Lebih Panjang dari Tol JKT-SBY

22 November 2018 18:44 WIB
comment
1
sosmed-whatsapp-white
copy-link-circle
more-vertical
Budi Gunadi Sadikin di acara Diskusi Forum Energi di The Dharmawangsa, Jakarta, Jumat (16/11/2018). (Foto: Ema Fitriyani/kumparan)
zoom-in-whitePerbesar
Budi Gunadi Sadikin di acara Diskusi Forum Energi di The Dharmawangsa, Jakarta, Jumat (16/11/2018). (Foto: Ema Fitriyani/kumparan)
ADVERTISEMENT
sosmed-whatsapp-green
kumparan Hadir di WhatsApp Channel
Follow
PT Freeport Indonesia (PTFI) memiliki tambang bawah tanah. Di sana, ada 5 tambang tanah yang aktif yaitu Grasberg Block Cave, Kucing Liar, Big Gossan, DMLZ, dan DOZ. Kelima area ini terpisah dari area tambang terbuka (open pit) yang cadangannya sudah hampir habis dikeruk Freeport selama puluhan tahun.
ADVERTISEMENT
Direktur Utama PT Indonesia Asahan Aluminium (Persero) atau Inalum mengatakan, panjang tambang bawah tanah Freeport di sana yang sudah terbangun mencapai 1.000 km. Meski berkelok-kelok, menurutnya, jalan yang terbentang di tambang bawah tanah di sana lebih dari panjang tol Jakarta-Surabaya.
"Ini adalah mapping underground mining-nya Freeport, (berada di kedalaman) 1.500 meter di bawah, (panjangnya) 1.000 km jalan dia bangun. Jalan tol Jakarta-Surabaya saja belum selesai 800 km, ini 1.000 km lorong lorong di bawahnya dibangun sama dia (Freeport)," kata Budi dalam diskusi Alumni ITB Angkatan 83 di The Energy Building, Jakarta, Kamis (22/11).
Cadangan tembaga, termasuk emas di tambang bawah tanah Freeport melimpah, bahkan sampai 2041 mendatang. Kata dia, EBITDA (pendapatan sebelum bunga, pajak, depresiasi, dan amortisasi) PTFI mencapai USD 4 miliar per tahun dan laba bersih USD 2 miliar per tahun. Sementara pendapatan per tahun mencapai USD 7 miliar, turun sedikit karena karena tambang open pit telah habis.
Lokasi tambang Freeport (Foto: Reuters)
zoom-in-whitePerbesar
Lokasi tambang Freeport (Foto: Reuters)
Karena itu, Budi yang merupakan orang nomor satu dalam holding BUMN pertambangan mengajak para insinyur dalam negeri, terutama dari ITB agar mau bekerja di Papua. Ilmu yang dipelajari di kampus selama ini bisa diimplementasikan di dunia pertambangan.
ADVERTISEMENT
"Buat teman-teman di tambang, teknik sipil, kita bisa praktik di sana, jadi masuklah ke perusahaan tambang. Sekarang dibuka, ini milik Indonesia, ini kan sudah 50 tahun bukan milik Indonesia. Mudah-mudahan lima tahun ke depan kita bisa," lanjut Budi.
Mimpi besar Budi untuk merebut Freeport menjadi mayoritas milik Indonesia memang akan terwujud sebentar lagi. Minggu lalu, perusahaan telah mendapatkan dana dari surat utang yang dikeluarkan perusahaaan sebesar USD 4 miliar atau sekitar Rp 60 triliun (kurs Rp 15.000).
Ini merupakan global bond yang diterbitkan paling besar di Indonesia dan nomor 6 besar di dunia dalam 10 tahun terakhir. Dari pinjaman itu, Budi hanya akan menyetorkan sebesar USD 3,85 miliar sesuai kesepakatan dengan Freeport McMoran Inc (FCX).
ADVERTISEMENT
Transaksi itu rencananya disetorkan Budi ke CEO FCX Richard Adkerson pada Desember 2018, setelah urusan Freeport dengan Kementerian Lingkungan Hidup dan Kehutanan selesai dan Izin Usaha Pertambangan Khusus (IUPK) Freeport hingga 2031 dikeluarkan oleh Kementerian ESDM.