G7 Batasi Harga Minyak Rusia USD 60/Barel, Untungkan Negara Berkembang?

3 Desember 2022 16:03 WIB
·
waktu baca 3 menit
comment
0
sosmed-whatsapp-white
copy-link-circle
more-vertical
Tangki minyak di dekat kota Usinsk, 1500 kilometer (930 mil) timur laut Moskow, Russia. Foto: Dmitry Lovetsky/AP Photo
zoom-in-whitePerbesar
Tangki minyak di dekat kota Usinsk, 1500 kilometer (930 mil) timur laut Moskow, Russia. Foto: Dmitry Lovetsky/AP Photo
ADVERTISEMENT
Negara-negara G7 dan Australia pada hari Jumat (2/12) telah menyetujui batas harga USD 60 per barel untuk minyak mentah lintas laut Rusia.
ADVERTISEMENT
Pembatasan harga ini bertujuan untuk mengurangi pendapatan Rusia dari penjualan minyak untuk membiayai perang, sekaligus mencegah lonjakan harga minyak global setelah embargo Uni Eropa terhadap minyak mentah Rusia mulai berlaku pada 5 Desember.
Dikutip dari Reuters, Sabtu (3/12), negara-negara G7 dan Australia mengatakan dalam sebuah pernyataan bahwa batas harga akan berlaku pada 5 Desember atau segera sesudahnya.
Duta Besar Polandia untuk Uni Eropa, Andrzej Sados mengatakan, Polandia telah mendukung kesepakatan Uni Eropa, yang mencakup mekanisme menjaga batas harga minyak setidaknya 5 persen di bawah harga pasar.
Pejabat AS mengatakan kesepakatan itu belum pernah terjadi sebelumnya dan menunjukkan tekad koalisi yang menentang perang Rusia.
Menguntungkan Negara Berkembang
Presiden Komisi Eropa, Ursula von der Leyen, mengatakan batas harga akan secara signifikan mengurangi pendapatan Rusia. Menurutnya pembatasan ini juga akan menguntungkan negara-negara berkembang di dunia.
ADVERTISEMENT
"Ini akan membantu kami menstabilkan harga energi global, menguntungkan negara berkembang di seluruh dunia," kata von der Leyen.
Batas harga G7 ini memungkinkan negara-negara non-Uni Eropa terus mengimpor minyak mentah Rusia melalui laut, tetapi akan melarang perusahaan pengiriman dan asuransi menangani kargo minyak mentah Rusia di seluruh dunia, kecuali jika dijual kurang dari batas harga.
"Karena perusahaan pengapalan dan asuransi terpenting berbasis di negara-negara G7, batas harga akan membuat Moskow sangat sulit untuk menjual minyaknya dengan harga lebih tinggi," tulis Reuters.
Pabrik penyulingan minyak Rosneft di kota Gubkinsky di Siberia barat, Rusia pada 2 Juni 2006. Foto: Delphine Thouvenot/AFP
Senada, Menteri Keuangan A.S. Janet Yellen mengatakan batas tersebut akan menguntungkan negara-negara berpenghasilan rendah dan menengah yang telah menanggung beban harga energi dan pangan yang tinggi.
"Dengan ekonomi Rusia yang sudah berkontraksi dan anggarannya semakin menipis, batas harga akan segera memotong sumber pendapatan terpenting Putin," kata Yellen dalam sebuah pernyataan.
ADVERTISEMENT
RI sedang Kaji untuk Beli Minyak Rusia
Pertamina menegaskan masih mengkaji rencana pembelian minyak dari Rusia. Opsi ini dipertimbangkan perusahaan karena negara tersebut menawarkan harga yang murah.
Direktur Utama PT Pertamina Kilang Internasional (KPI) Taufik Adityawarman mengatakan pengkajian masih dilakukan karena mempertimbangkan banyak hal mulai dari unsur politik, ekonomi, dan hitungan perusahaan. Hal ini disampaikan Taufik dalam International Convention and Indonesian Upstream Oil and Gas 2022 (IOG 2022) di Bali Nusa Dua Convention Center (BNDCC), Bali.
“Kita (masih) penjajakan. Lagi dikaji. Karena ada political risk, economic risk, under risk company. Itu jadi pertimbangan. Tapi kita intens (penjajakan),” ujar Taufik, Kamis (24/11).
Taufik masih belum bisa membeberkan harga yang akan didapatkan dari minyak murah Rusia, termasuk volume yang akan diambil. Musababnya, pembelian minyak harus diuji coba kecocokannya di kilang Pertamina.
ADVERTISEMENT
“Kalau produknya (minyaknya) sudah pernah dipakai di kilang dan cocok, akan terlihat harganya berapa, sehingga muncul keekononomianya,” ujar dia.