Ganjar Mau Alokasikan 1 Persen PDB untuk Pengembangan dan Riset BRIN

11 Januari 2024 15:02 WIB
ยท
waktu baca 2 menit
comment
3
sosmed-whatsapp-white
copy-link-circle
more-vertical
Capres nomor urut 3, Ganjar Pranowo, saat berkunjung ke desa nelayan di Brebes, Rabu (10/1/2024). Foto: Thomas Bosco/kumparan
zoom-in-whitePerbesar
Capres nomor urut 3, Ganjar Pranowo, saat berkunjung ke desa nelayan di Brebes, Rabu (10/1/2024). Foto: Thomas Bosco/kumparan
ADVERTISEMENT
sosmed-whatsapp-green
kumparan Hadir di WhatsApp Channel
Follow
Capres nomor urut 3, Ganjar Pranowo, ingin mengalokasikan anggaran 1 persen dari Produk Domestik Bruto (PDB) untuk riset dan pengembangan Badan Riset dan Inovasi Nasional (BRIN).
ADVERTISEMENT
Ganjar mengatakan pengadaan alat kesehatan (alkes) sering bermasalah dan sulitnya perizinan impor. Menurutnya, solusi dari permasalahan tersebut adalah pengembangan dan riset.
"Kami berbincang soal ini dengan BRIN, 1 persen saja kita mulai research and development Indonesia (anggaran) dari PDB 1 persen saja. Kita dorong kemudian agar biaya risetnya itu mencukupi," ungkapnya saat Dialog Capres bersama Kadin, Kamis (11/1).
Ganjar mengungkapkan, berdasarkan pengalamannya menjadi Gubernur Jawa Tengah selama 10 tahun, anggaran pengadaan tertinggi adalah alkes, namun sekaligus yang paling bermasalah juga.
"Mohon maaf segala hormat selama kita menyusun anggaran pengalaman saya 10 tahun jadi gubernur, permintaan tertinggi adalah alkes dan maaf yang banyak bermasalah juga di alkes," ujar Ganjar.
Ganjar menilai permasalahan alkes ini juga bisa dibereskan dengan mengembangkan industri kimia dasar dan petrokimia di Indonesia. Apalagi, kata Ganjar, sumber daya Indonesia melimpah.
ADVERTISEMENT
Ganjar menuturkan impor merupakan kemudahan, tetapi bisa membuat perekonomian Indonesia tidak mandiri. Untuk mengatasi hal itu, ia mencanangkan kawasan industri kesehatan.
"Tim kami sudah merancang , kenapa saya sebutkan kawasan industri kesehatan, itu trigger yang bisa kita mulai," imbuhnya.
Anggaran BRIN untuk tahun 2023 mencapai Rp 6,5 triliun, sekitar 65 persennya digunakan untuk kegiatan dukungan manajemen. Sementara sisanya Rp 2,2 triliun atau sebesar 35 persen digunakan untuk kegiatan penelitian alias hanya 0,01 persen dari PDB.