GAPKI: Ekspor Produk Sawit RI Melesat Akibat Krisis Energi di India dan China

8 Oktober 2021 14:22 WIB
·
waktu baca 2 menit
comment
0
sosmed-whatsapp-white
copy-link-circle
more-vertical
Pekerja membongkar muat Tandan Buah Segar (TBS) kelapa sawit ke atas truk. Foto: ANTARA FOTO/ Akbar Tado
zoom-in-whitePerbesar
Pekerja membongkar muat Tandan Buah Segar (TBS) kelapa sawit ke atas truk. Foto: ANTARA FOTO/ Akbar Tado
ADVERTISEMENT
Nilai ekspor produk minyak sawit melesat dalam beberapa bulan terakhir ini. Gabungan Pengusaha Kelapa Sawit Indonesia (GAPKI) mengatakan, kenaikan ekspor terjadi akibat adanya krisis energi di India dan China.
ADVERTISEMENT
Selama Agustus 2021, ekspor produk minyak sawit RI mencapai USD 4,42 miliar atau naik USD 1,6 miliar dari ekspor bulan Juli. Hal ini didukung kenaikan volume ekspor sebesar 1,532 juta ton dari bulan Juli menjadi 4,274 juta ton dan kenaikan harga rata-rata CPO sebesar USD 102 per ton dari harga bulan Juli menjadi USD 1.226 per ton CIF Rotterdam.
Direktur Eksekutif GAPKI, Mukti Sardjono, mengungkapkan lonjakan kenaikan ekspor terutama terjadi di beberapa negara tujuan ekspor utama produk kelapa sawit.
“Penurunan pajak impor di India dari 15 persen menjadi 10 persen untuk minyak sawit dan minyak nabati lainnya yang berlaku akhir 30 Juni sampai 30 September 2021 membuat ekspor ke India melonjak menjadi 958,5 ribu ton dari 231,2 ribu ton pada bulan Juli,” kata Mukti berdasarkan keterangan resmi GAPKI, Jumat (8/10).
ADVERTISEMENT
Ekspor ke China juga naik cukup besar yaitu 297 ribu ton menjadi 819,2 ribu ton atau 32,6 persen lebih tinggi dari bulan Juli sebesar 522,2 ribu ton. Ekspor ke Afrika juga naik signifikan dengan kenaikan terbesar ke Kenya (+118 ribu ton), dan ke Mesir (+40,5 ribu ton).
Selanjutnya, ekspor ke Malaysia naik 102 persen atau 97 ribu ton dari 95,1 ribu ton menjadi 192,1 ribu ton. Meskipun ekspor ke EU-27 turun 9,21 persen dari bulan lalu, tetapi ekspor ke Belanda naik 30,7 ribu ton menjadi 203,0 ribu ton atau +48 persen dari ekspor bulan Juli sebesar 172,3 ribu ton.
“Konsumsi dalam negeri di bulan Agustus relatif sama dengan bulan Juli yaitu 1.465 ribu ton pada Agustus berbanding 1.444 ribu ton pada Juli,” ujar Mukti.
ADVERTISEMENT
Mukti mengungkapkan konsumsi untuk pangan naik sedikit menjadi 718 ribu ton di Agustus berbanding 708 ribu ton di Juli, untuk oleokimia 178 ribu ton pada Agustus berbanding 180 ribu ton di Juli, dan untuk biodiesel 569 ribu ton di bulan Agustus berbanding 556 ribu ton di bulan Juli.
Produksi CPO pada bulan Agustus sebesar 4.218 ribu ton dan PKO sebesar 400 ribu ton atau sekitar 4 persen lebih tinggi dari produksi bulan Juli. Dengan pencapaian kinerja ekspor, konsumsi dan produksi, stok akhir di bulan Agustus adalah 3.433 ribu ton atau sekitar 1,1 juta ton lebih rendah dari bulan Juli.