Gara-gara China, Harga Minyak Mentah, Baru Bara, hingga Timah Anjlok

15 Oktober 2024 8:21 WIB
·
waktu baca 3 menit
comment
0
sosmed-whatsapp-white
copy-link-circle
more-vertical
Petugas Pertamina saat berada di lokasi penampungan minyak mentah. Foto: Dok. Pertamina
zoom-in-whitePerbesar
Petugas Pertamina saat berada di lokasi penampungan minyak mentah. Foto: Dok. Pertamina
ADVERTISEMENT
sosmed-whatsapp-green
kumparan Hadir di WhatsApp Channel
Follow
Harga minyak mentah turun pada Senin (14/10), karena OPEC kembali menurunkan prospeknya terhadap pertumbuhan permintaan minyak global tahun 2024 dan 2025 sementara impor minyak China turun untuk bulan kelima berturut-turut.
ADVERTISEMENT
Dikutip dari Reuters, harga minyak mentah Brent turun 2 persen menjadi USD 77,46 per barel. Harga minyak mentah West Texas Intermediate (WTI) AS turun 2,29 persen menjadi USD 73,83 per barel.
China, importir minyak mentah terbesar di dunia, menyumbang sebagian besar penurunan peringkat tahun 2024 karena OPEC memangkas perkiraan pertumbuhan negara itu menjadi 580.000 barel per hari (bph) dari 650.000 bph.
Data menunjukkan, impor minyak mentah China untuk sembilan bulan pertama tahun ini turun hampir 3 persen dari tahun lalu menjadi 10,99 juta barel per hari.

Batu Bara

Sedangkan harga batu bara menguat pada penutupan perdagangan Senin. Harga batu bara berdasarkan tradingeconomics naik 1 persen dan menetap di USD 150.90 per ton.
Foto udara aktivitas tempat penampungan batu bara di tepi Sungai Batanghari, Muaro Jambi, Jambi, Kamis (20/6/2024). Foto: ANTARA FOTO/Wahdi Septiawan
Harga batu bara Newcastle didorong oleh kenaikan harga gas di tengah meningkatnya konflik di Timur Tengah dan ketidakseimbangan pasokan-permintaan energi. Di China, harga batu bara dipengaruhi stimulus bank sentral, pengurangan produksi karena hujan lebat, dan peningkatan konsumsi industri.
ADVERTISEMENT
Sementara itu, India melaporkan penurunan 16 persen dalam output energi terbarukan, disertai dengan peningkatan 15 persen dalam pembangkit listrik tenaga batu bara selama seminggu terakhir. Sebaliknya, Inggris menjadi negara G7 pertama yang sepenuhnya menghentikan PLTU batu bara, ditandai dengan penutupan PLTU 2.000 MW di Nottinghamshire.

CPO

Harga minyak kelapa sawit (crude palm oil/CPO) menurun pada penutupan perdagangan Senin. Berdasarkan situs tradingeconomics, harga CPO turun 0,86 persen menjadi MYR 4.277 per ton.
Kenaikan harga CPO lebih lanjut dibatasi oleh penurunan harga minyak mentah yang berkepanjangan, karena data inflasi China yang mengecewakan pada September dan ketidakpastian atas rencana stimulus fiskal memicu kekhawatiran tentang permintaan.
Selain itu, PDB kuartal III China akan dirilis akhir minggu ini, setelah ekonomi berkembang kurang dari yang diharapkan pada kuartal II, di tengah penurunan properti yang terus-menerus, permintaan domestik yang lemah, dan ketegangan perdagangan dengan Barat. Di India, importir teratas, pembelian minyak kelapa sawit pada September menyusut hampir sepertiga dari bulan sebelumnya, mencapai level terendah enam bulan karena harga yang lebih tinggi.
ADVERTISEMENT

Nikel

Suasana proses peleburan bijih nikel menjadi ferronikel yang dikelola milik PT Bumi Mineral Sulawesi (BMS) di Kabupaten Luwu, Sulawesi Selatan, Senin (22/4/2024) malam. Foto: Dok. Tim JK
Adapun harga nikel terpantau mengalami penurunan pada penutupan perdagangan Senin. Harga nikel berdasarkan situs tradingeconomics melemah 1,22 persen menjadi USD 17.680 per ton.
Harga nikel berjangka dipengaruhi stimulus paling agresif China sejak pandemi, yang meningkatkan prospek permintaan. Bank sentral China mengumumkan rencana untuk menurunkan biaya pinjaman, menyuntikkan lebih banyak dana ke dalam perekonomian, dan meringankan beban pembayaran hipotek, termasuk mengurangi biaya pinjaman jangka menengah bagi bank.
Sementara itu, Departemen Tenaga Kerja AS menyuarakan kekhawatiran tentang kerja paksa di industri nikel Indonesia, yang menandai pertama kalinya nikel Indonesia ditambahkan ke daftar eksploitasinya. Sebagai tanggapan, Indonesia berkomitmen untuk memperketat pengawasan terhadap sektor komoditasnya.

Timah

Sementara itu, harga timah juga terpantau mengalami penurunan pada penutupan perdagangan Senin. Berdasarkan situs tradingeconomics, harga timah anjlok 2,3 persen menjadi USD 32.445 per ton.
ADVERTISEMENT
Menurut catatan tradingeconomics, harga timah mengikuti reli logam dasar utama karena ekspektasi permintaan China memperbesar dampak dari pasokan yang tidak pasti. Dukungan moneter paling agresif dilakukan China karena serangkaian data ekonomi yang lemah dari Agustus menggarisbawahi perlunya lebih banyak stimulus jika ingin mencapai pertumbuhan 5 persen pada tahun 2024, mendukung prospek sektor manufaktur terbesar di dunia.
Di sisi pasokan, aktivitas yang lebih rendah dari yang diharapkan di tambang timah utama di Negara Bagian Wa Myanmar membuat ketersediaan bijih untuk peleburan China pada tingkat yang rendah.