Tentang KamiPedoman Media SiberKetentuan & Kebijakan PrivasiPanduan KomunitasPeringkat PenulisCara Menulis di kumparanInformasi Kerja SamaBantuanIklanKarir
2025 ยฉ PT Dynamo Media Network
Version 1.103.0
Garuda Indonesia Group Akui 15 Pesawat Grounded, Terkendala Masalah Suku Cadang
5 Mei 2025 19:56 WIB
ยท
waktu baca 3 menit
ADVERTISEMENT
Garuda Indonesia Group buka suara soal kabar 15 pesawat yang terpaksa berhenti beroperasi sementara (grounded) karena tak kuat biaya perawatan. Rinciannya, 1 unit Garuda Indonesia dan 14 unit Citilink.
ADVERTISEMENT
Direktur Teknik Garuda Indonesia, Rahmat Hanafi, menjelaskan 15 pesawat yang dimaksud sebenarnya tengah menunggu percepatan penjadwalan perawatan rutin berupa proses heavy maintenance, termasuk penggantian suku cadang, untuk kembali siap beroperasi. Keseluruhan proses perawatan armada tersebut direncanakan akan dilaksanakan pada tahun ini.
Kata dia, tidak dapat dipungkiri kondisi keterbatasan supply chain atas suku cadang saat ini tengah dihadapi hampir seluruh pelaku industri penerbangan. Kondisi ini menyebabkan pelaksanaan heavy maintenance membutuhkan waktu yang lebih panjang.
"Dapat kami sampaikan pula bahwa proses heavy maintenance sendiri diperlukan guna memastikan standar keselamatan dan kelaikan terbang tetap terjaga untuk pesawat yang akan dioperasikan," katanya dalam keterangan resmi, Senin (5/5).
Sejalan dengan langkah optimalisasi armada tersebut, Garuda Indonesia sejak akhir tahun 2024 juga telah mendatangkan empat armada narrow body yakni Boeing 737-800NG (PK-GUF dan PK-GUG), sementara itu dua lainnya (PK-GUH dan PK-GUI) mulai beroperasi pada kuartal II 2025.
ADVERTISEMENT
Langkah ini sejalan dengan pemulihan permintaan dan peningkatan trafik penumpang pasca pandemi serta pertumbuhan sektor pariwisata nasional.
Optimalisasi kapasitas produksi ini yang ke depannya akan terus kami selaraskan dengan outlook kinerja Perusahaan sesuai dengan pertumbuhan demand pasar, guna memastikan penguatan landasan kinerja usaha dapat senantiasa terjaga secara berkelanjutan.
Garuda Indonesia optimistis dapat terus bertransformasi menjadi maskapai yang agile dan berdaya saing, menghadirkan layanan udara yang aman dan andal bagi masyarakat.
Sebelumnya, beberapa pemasok pesawat Garuda meminta pembayaran di muka untuk suku cadang dan jasa tenaga kerja karena masalah biaya perawatan.
Berdasarkan sumber Bloomberg, mereka khawatir dengan kondisi keuangan maskapai, menurut sumber yang enggan disebutkan namanya karena tak berwenang berbicara ke publik.
ADVERTISEMENT
Sebagian besar pesawat yang diparkir itu dioperasikan oleh Citilink, anak usaha Garuda yang berbiaya rendah.
Pada akhir 2023, Garuda menunjuk Wamildan Tsani Panjaitan sebagai CEO baru dan meluncurkan misi ambisius untuk memulihkan neraca keuangan serta memperluas jaringan internasional. Presiden RI Prabowo Subianto bahkan telah menyuarakan dukungannya agar Garuda menjadi maskapai yang lebih menguntungkan dan mampu bersaing di pasar global.
Namun kenyataannya, Garuda justru menghadapi tantangan besar. Kebijakan pembatasan harga tiket domestik yang diterapkan pemerintah membuat ruang gerak maskapai untuk menaikkan tarif menjadi terbatas. Di sisi lain, beban biaya operasional dalam dolar AS semakin berat akibat pelemahan nilai tukar rupiah.
Sumber Bloomberg juga menyebut bahwa Garuda bukan satu-satunya maskapai yang menghadapi kendala biaya perawatan. Namun, dengan sekitar 140 pesawat, maskapai ini merupakan maskapai dengan jumlah terbesar, yang berarti sekitar 10 persen armada Garuda tidak beroperasi. Perhitungan Bloomberg berdasarkan data dari Airfleets.net menunjukkan rasio rata-rata untuk maskapai di Asia Tenggara mendekati 2 persen hingga 3 persen.
ADVERTISEMENT