Garuda Indonesia Siapkan Strategi Bebas Efek Pemantauan Khusus BEI

12 Mei 2024 19:30 WIB
·
waktu baca 3 menit
comment
0
sosmed-whatsapp-white
copy-link-circle
more-vertical
Pesawat Garuda Indonesia. Foto: KeleX Pictures/Shutterstock
zoom-in-whitePerbesar
Pesawat Garuda Indonesia. Foto: KeleX Pictures/Shutterstock
ADVERTISEMENT
PT Garuda Indonesia (Persero) Tbk (GIAA) terus berupaya untuk bisa melepaskan diri dari efek pemantauan khusus Bursa Efek Indonesia (BEI). Direktur Utama Garuda Indonesia Irfan Setiaputra menyatakan pihaknya telah menyiapkan sejumlah strategi untuk bisa keluar dari pemantauan khusus tersebut.
ADVERTISEMENT
"Kita akan usaha keluar dari pantauan khusus, tapi kan pantauan khusus ada kodenya. Yang 1 kodenya sudah kita lepas yang bahwa kita diajukan ke pengadilan yang Greylag yang tiap saat di semua pengadilan," ujar Irfan ketika ditemui di Taman Mini Indonesia Indah Jakarta, Minggu (12/5).
Irfan mengatakan, perseroan akan melakukan beberapa aksi korporasi dan memastikan perusahaan memiliki fundamental yang baik untuk keluar dari pemantauan khusus.
"Memang sekarang sedang kita garap adalah equity negatif ada banyak corporate action yang kita lagi lakukan salah satunya memang lagi diskusi soal perlakuan atau pelaporan akutansinya. Nah kalau itu sudah nanti berada di luar pemantauan khusus, kita mau intervensinya dengan cara corporate action dan memastikan fundamental perusahaan makin membaik," kata Irfan.
ADVERTISEMENT
Sejalan dengan itu, Irfan juga menargetkan perseroan dapat mencatatkan kinerja yang positif di tahun 2024. Ia mengatakan, pihaknya menargetkan kerugian yang dialami perseroan dapat berbalik positif menjadi laba pada tahun ini. Untuk laba bersih, perbaikan ini akan didorong oleh pertumbuhan pendapatan yang ditargetkan double digit.
"Tahun ini pasti untung, kan kita memonitor, tetapi memang kalau nanti kita bisa melakukan evaluasi pencatatan tata cara accounting, maka akan terdampak tak hanya equity tetapi juga profitability," kata Irfan.
Meski demikian, ia menyebut ada beberapa tantangan yang dihadapi perseroan untuk bisa mencapai target perseroan di tahun ini, yaitu terkait exchange rate dan harga avtur. Irfan mengatakan, saat ini pihaknya tengah berdiskusi dengan Kementerian Perhubungan untuk mereview Tarif Batas Atas (TBA). Irfan juga mengusulkan kepada Kemenhub agar TBA lebih fleksibel terhadap kondisi eksternal.
ADVERTISEMENT
“Artinya jangan TBA selama 5 tahun tidak naik, kan exchange rate dibanding 5 tahun lalu berapa, harga avtur dibanding 5 tahun berapa. Kalau terus seperti ini semua maskapai akan menghadapi tantangan yang sama. Exchange rate dan harga avtur kita tidak dapat kontrol. Kita tidak bisa minta Pertamina turun terus kasih diskon, enggak begitu caranya,”pungkasnya.
Sebelumnya, BEI mengumumkan ada 171 emiten yang berada dalam papan pemantauan khusus. Adapun sebagian merupakan emiten yang berpindah dari papan utama.
Di mana, pemantauan khusus ditetapkan BEI sebagai upaya perlindungan kepada investor pada saham-saham tertentu. Papan ini merupakan pemantauan tambahan sebelum sebuah saham dijatuhi suspensi dan dilanjutkan dengan penghapusan pencatatan (delisting).
Sebanyak 25 saham pindah papan pencatatan dari Papan Utama ke Papan Pemantauan Khusus. Sementara itu, sebanyak 145 saham yang dipindahkan dari Papan Pengembangan ke Papan Pemantauan Khusus. Salah satunya ada nama PT Garuda Indonesia (Persero) Tbk (GIAA).
ADVERTISEMENT