Garuda Rugi Rp 2,9 T Gara-gara Pesawat Bombardier CRJ-1000, Siapa Pemiliknya?

1 November 2021 13:50 WIB
·
waktu baca 3 menit
comment
9
sosmed-whatsapp-white
copy-link-circle
more-vertical
Pesawat Garuda Bombardier CRJ 1000 NG. Foto: Shutter Stock
zoom-in-whitePerbesar
Pesawat Garuda Bombardier CRJ 1000 NG. Foto: Shutter Stock
ADVERTISEMENT
Mantan Komisaris PT Garuda Indonesia Tbk (GIAA) Peter Frans Gontha sedang buka-bukaan soal penyebab BUMN tersebut kini terancam bangkrut. Salah satunya adalah sewa pesawat yang terlalu mahal. Ia menduga ada para petinggi Garuda yang main mata dengan lessor.
ADVERTISEMENT
Salah satu pesawat yang disorot Peter Gontha adalah Bombardier CRJ-1000. Hal itu baru-baru ini diungkap Peter Gontha dalam unggahan di akun Intagram miliknya.
"Ini pesawat CRJ Garuda yang salah beli, ada 17 buah. Siapa sich yang suruh beli? Siapa sich brokernya? Sekarang ngangur dan dibalikin. Ruginya jutaan?" ujar Peter seperti dikutip kumparan pada Senin (1/11).
Berdasarkan catatan kumparan, Direktur Utama Garuda Indonesia Irfan Setiaputra pernah membeberkan kerugian yang timbul dari operasional 12 pesawat Bombardier CRJ-1000. Irfan menyebut angka kerugian sebesar USD 30 juta atau setara dengan Rp 426 miliar per tahun (kurs dolar Rp 14.200).
“Tidak dapat dipungkiri selama 7 tahun kami operasikan ini. Di setiap tahun itu secara rata-rata kami alami kerugian penggunaan pesawat CRJ ini lebih dari USD 30 juta per tahun,” ujar Irfan dalam konferensi pers virtual, Rabu (10/2).
Pesawat Garuda Bombardier CRJ 1000 NG. Foto: Shutter Stock
Disebut sebagai kerugian karena ternyata armada Bombardier ini menurut Irfan tidak cocok untuk pasar Indonesia sehingga tidak memberikan keuntungan finansial. Sedangkan, perseroan harus membayar biaya sewa untuk 12 maskapai bombardier yang mencapai USD 27 juta per tahun.
ADVERTISEMENT
Bila ditotal, kerugian selama 7 tahun mencapai Rp 2,98 triliun.

Bombardier CRJ-1000 Disewa dari Siapa?

Garuda Indonesia mengoperasikan total 18 armada Bombardier CRJ 1000. Sebanyak 12 armada menggunakan skema operating lease dari lessor Nordic Aviation Capital (NAC), sebuah perusahaan lessor pesawat yang berbasis di Denmark. Sementara 6 armada lainnya menggunakan skema financial lease dengan penyedia financial lease EDC dari Kanada.
Masa sewa 12 armada Bombardier CRJ 1000 milik NAC tersebut adalah 12 tahun, dengan delivery armada dilakukan pada tahun 2012-2015 sehingga pesawat terakhir yang diterima Garuda memiliki masa sewa hingga 2027. Sedangkan 6 armada CRJ 1000 lainnya memiliki kontrak 10 tahun dengan periode jatuh tempo hingga 2024.
Untuk menghindari kerugian lebih besar, Garuda memutuskan untuk mengakhiri operating lease dengan NAC pada Februari lalu.
ADVERTISEMENT
“Apabila kita terminasi Februari sampai akhir masa kontrak (2027), kita akan saving lebih dari USD 220 juta. ini sebuah upaya untuk mengurangi kerugian untuk penggunaan pesawat ini di Garuda,” ujar Irfan.
Pesawat Garuda Bombardier CRJ 1000 NG. Foto: Shutter Stock
Selain mengembalikan 12 armada ke pihak leasing, perseroan juga telah mengupayakan langkah negosiasi dengan pihak EDC untuk 6 armada lainnya. Dalam negosiasi tersebut, pihak Garuda Indonesia menggunakan mekanisme early payment settlement sesuai dengan kemampuan perusahaan.

Armada Pesawat Garuda saat Ini

Dalam laporan perseroan pada Bursa Efek Indonesia (BEI) tertanggal 9 Juni 2021, Garuda menjelaskan tentang keadaan operasional mereka yang makin memburuk. Garuda Indonesia telah mengembalikan pesawat ke lessor dalam jumlah yang besar.
Dari 142 armada yang dimiliki Garuda, saat ini maskapai pelat merah tersebut hanya mengoperasikan 53 armada, jumlah ini anjlok 63 persen.
ADVERTISEMENT
Armada Bombardier CRJ-1000 mengalami pengurangan signifikan. Dari awalnya terdapat 18 armada menjadi hanya 3 armada yang beroperasi. Selain CRJ-1000, armada Boeing 737-800 dan ATR 72-600 juga mengalami nasib serupa.
“Kami harus melalui restrukturisasi yang komprehensif, secara total. Kami punya 142 pesawat dan perhitungan awal kami, dengan melihat pemulihan ini berjalan, kami akan operasikan tidak lebih dari 70 pesawat," kata Irfan Setiaputra dalam pemaparan kepada seluruh karyawan Garuda Indonesia, Mei 2021 lalu.