Gejolak Ekonomi Global, BI Sebut Fundamental Ekonomi RI Masih Kuat

26 Maret 2025 16:43 WIB
ยท
waktu baca 2 menit
comment
0
sosmed-whatsapp-white
copy-link-circle
more-vertical
Ilustrasi Bank Indonesia. Foto: Shutterstock
zoom-in-whitePerbesar
Ilustrasi Bank Indonesia. Foto: Shutterstock
ADVERTISEMENT
Nilai tukar rupiah terus menunjukkan volatilitas di tengah dinamika ekonomi global. Berdasarkan data Bloomberg, rupiah ditutup menguat 24 poin atau 0,14 persen di level Rp 16.587 per USD pada penutupan perdagangan Selasa (25/3).
ADVERTISEMENT
Sebelumnya, rupiah sempat menyentuh level Rp 16.600 per USD, memicu pertanyaan mengenai kondisi fundamental ekonomi Indonesia.
Direktur Eksekutif dan Kepala Departemen Kebijakan Ekonomi dan Moneter Bank Indonesia (BI), Solikin M. Juhro, menegaskan kondisi ekonomi Indonesia masih terjaga dan jauh dari krisis meskipun terjadi pelemahan rupiah.
"Angka-angka makro kita, yang fundamental, indikator kita dari mulai GDP, inflasi, current account, semua baik. Utang luar negeri kita juga cukup manageable semua baik, dari sisi SSK (stabilitas sistem keuangan) juga permodalan, risiko kredit, ini semakin baik. Jadi kalau ditanya, ya fundamental kita bagus," ujar Solikin dalam Taklimat Media di Kantor Pusat BI, Rabu (26/3).
Ia pun membandingkan dengan negara lain. Dia menyebut pertumbuhan ekonomi Indonesia memang tidak setinggi Vietnam atau India. Tetapi memiliki tingkat inflasi yang lebih terkendali.
ADVERTISEMENT
"Kalau dibandingkan misal pertumbuhan ekonomi Vietnam lebih tinggi dari kita di level 5 persen, India juga tinggi tapikan inflasinya tinggi," jelasnya.
Berdasarkan data yang dipaparkan, pertumbuhan ekonomi Indonesia tetap stabil di tengah berbagai tantangan global. Pada 2023, pertumbuhan ekonomi atau Produk Domestik Bruto (PDB) tercatat di kisaran 5,04 persen, sedangkan pada 2024 diproyeksikan sedikit melambat menjadi 5,02 persen.
Kepala Departemen Kebijakan Makroprudensial Bank Indonesia Solikin M. Juhro dalam Taklimat Media, Rabu (26/3/2025). Foto: Ave Airiza/kumparan
Dari sisi tekanan inflasi, kondisi Indonesia terbilang baik dibandingkan negara lain. Inflasi pada 2023 tercatat di 2,81 persen dan bahkan lebih rendah pada 2024, yakni 1,57 persen.
Defisit transaksi berjalan (current account) juga terjaga di level rendah. Pada 2023, defisit tercatat minus 0,41 persen, dan semakin membaik menjadi minus 0,32 persen pada 2024.
ADVERTISEMENT
Sementara itu, rasio utang luar negeri terhadap PDB masih dalam batas wajar, yaitu 29,79 persen pada 2023 dan sedikit meningkat ke 30,43 persen pada 2024.
Dari sisi sektor keuangan, permodalan perbankan juga kuat. Rasio kecukupan modal (capital adequacy ratio/CAR) berada di kisaran 26,69 persen pada 2023, dan diproyeksikan naik ke 27,76 persen pada 2025. Tingkat risiko kredit atau non-performing loan (NPL) pun tetap rendah di 2,08 persen.
Dengan kondisi tersebut, BI optimistis Indonesia masih jauh dari krisis meskipun nilai tukar rupiah mengalami pelemahan.
"Jadi singkat kata ini apakah masih jauh? saya berani afirmasi ini masih jauh. Tapi bukan berarti kita compliment, kita harus terus monitor," tegas Solikin.