Tentang KamiPedoman Media SiberKetentuan & Kebijakan PrivasiPanduan KomunitasPeringkat PenulisCara Menulis di kumparanInformasi Kerja SamaBantuanIklanKarir
2024 © PT Dynamo Media Network
Version 1.89.0
Gerai Ritel Berguguran di 2017: dari GAP Sampai Debenhams
31 Desember 2017 19:47 WIB
Diperbarui 14 Maret 2019 21:12 WIB
ADVERTISEMENT
Tahun 2017 bukan tahun yang baik bagi bisnis ritel di Indonesia. Secara umum pertumbuhan penjualan melambat, bahkan tak jarang menyebabkan kerugian.
ADVERTISEMENT
Pelemahan daya beli secara umum dan pola belanja masyarakat yang berubah dari offline ke online ditengarai sebagai penyebabnya. Ada yang memilih bertahan, ada yang tumbang. Berikut ritel-ritel tumbang di 2017 yang dirangkum kumparan (kumparan.com):
1. 7-Eleven
Penutupan seluruh gerai 7-Eleven akhir Juni lalu mendapat perhatian besar. Tak ada lagi gerai 7-Eleven di setiap sudut Kota Jakarta, yang sempat menjadi tempat nongkrong favorit anak muda.
Perusahaan beralasan adanya keterbatasan sumber daya yang dimiliki perseroan untuk menunjang kegiatan operasional. Apalagi, rencana akuisisi Sevel oleh PT Charoen Pokphand Restu Indonesia urung dilakukan.
Banyak juga yang menilai tutupnya Sevel disebabkan kerugian setelah dilarang menjual minuman beralkohol yang diatur Peraturan Menteri Perdagangan tahun 2015 tentang Pengendalian, dan Pengawasan Terhadap Pengadaan, Peredaran, dan Penjulan Minuman Beralkohol. Penjualan bir di Sevel memang cukup laku sehingga ritel mengandalkan penjualan bir untuk menopang bisnisnya.
ADVERTISEMENT
2. Matahari
Emiten ritel, PT Matahari Department Store Tbk (LPPF) menutup 2 gerai miliknya di Pasaraya Blok M dan Manggarai akhir September 2017. Penutupan disebabkan kedua gerai tersebut sepi pengunjung dan kinerjanya dinilai tak sesuai target.
Matahari kembali menutup gerainya di Mal Taman Anggrek pada 3 Desember dan Lombok City Centre pada 31 Desember nanti. Matahari Mal Taman Anggrek yang tutup terlebih dahulu telah menggelar closing down sale yang diserbu oleh para pembeli.
3. GAP
Gerai-gerai GAP rencananya akan ditutup secara keseluruhan di tahun depan. Di Indonesia, GAP memiliki 5 gerai yang berlokasi di Pondok Indah Mall 2, Grand Indonesia, Lippo Mall Puri, Kuta Beach Walk, dan Surabaya Tunjungan Plaza.
ADVERTISEMENT
Saat ini, gerai yang di Bali dan di Pondok Indah Mall 2 sudah ditutup. Sementara gerai GAP di Grand Indonesia, Lippo Mall Puri, dan Surabaya akan ditutup pada Februari tahun depan.
PT Gilang Agung Persada, perusahaan yang mempunyai gerai GAP mengaku akan fokus di sektor Fast Moving Fashion Accesoris untuk menggarap pasar di kalangan menengah ke bawah.
4. Lotus Department Store
Lotus menambah deretan perusahaan ritel yang terpaksa menutup gerainya. Pada akhir Oktober 2017, semua gerai Lotus resmi ditutup.
Perusahaan ritel yang dikelola PT Mitra Adiperkasa Tbk (MAPI) ini dikenal menjual berbagai produk pakaian, sepatu, hingga perlengkapan rumah tangga lainnya. Corporate Secretary (Corsec) MAPI, Fetty Kwartati, mengungkapkan Lotus terpaksa ditutup karena perusahaan tengah melakukan restrukturisasi.
ADVERTISEMENT
5. Debenhams
Ditutupnya Debenhams menjadi pelengkap tumbangnya gerai-gerai ritel di Indonesia tahun ini. Terhitung, Debenhams di Senayan City menjadi gerai terakhir yang akan ditutup PT Mitra Adiperkasa Tbk (MAPI) sebagai pemegang lisensi tepat pada pukul 22.00 WIB malam ini.
Hingga sore ini, pukul 17.00 WIB, tampak beberapa petugas sudah mengangkut barang-barang yang sebelumnya terpajang untuk dikembalikan ke pemasok.
Di Indonesia, ada 3 gerai Debenhmas, yakni di Senayan City, Kemang Village, dan Supermall Karawaci. Per 1 Januari 2018 ketiga gerai ini tidak beroperasi lagi.