news-card-video
Jakarta
imsak
subuh
terbit
dzuhur
ashar
maghrib
isya

Ghozali Cuan Miliaran Rupiah dari NFT, Bagaimana Keamanan Datanya?

16 Januari 2022 12:42 WIB
·
waktu baca 3 menit
comment
0
sosmed-whatsapp-white
copy-link-circle
more-vertical
Sultan Gustaf AL Ghozali di Gedung Rektorat Udinus. Foto: Intan Alliva Khansa/kumparan
zoom-in-whitePerbesar
Sultan Gustaf AL Ghozali di Gedung Rektorat Udinus. Foto: Intan Alliva Khansa/kumparan
ADVERTISEMENT
Sultan Gustaf Al Ghozali alias Ghozali Everyday meraup miliaran rupiah dari hasil menjual ratusan foto selfie pribadinya di aplikasi aset digital Non Fungible Token atau NFT. Ghozali menggunakan platform marketplace NFT OpenSea dengan menjual 933 potret pribadi yang ia ambil dari 2017 hingga 2021.
ADVERTISEMENT
Ghozali Everyday sontak mendadak viral. Koleksi NFT dari Ghozali terkenal tidak hanya di dalam negeri, tapi juga luar negeri. Beberapa orang bahkan mencoba meniru cara Ghozali untuk mencoba peruntungan.
Namun, di tengah keberhasilan Ghozali tersebut ada ancaman keamanan data pribadi. Bisa saja ada orang tidak bertanggung jawab yang memanfaatkan foto dan data pribadi Ghozali.
Pemerhati Budaya dan Komunikasi Digital Universitas Indonesia, Firman Kurniawan, mengakui ada ancaman terkait penyebaran data pribadi. Sehingga ia mengingatkan tidak sembarangan dalam mengunggah informasi pribadi di platform digital.
“Jika ada pihak lain yang hendak memanfaatkan, sesungguhnya semua data dari pemilik NFT telah tersedia. Untuk meminimalisasi penyalahgunaan restriksi etislah yang bisa mencegah pemiliknya dari ancaman ketidakamanan,” kata Firman saat dihubungi kumparan, Minggu (16/1).
ADVERTISEMENT
“Artinya ketika pihak yang membeli NFT Ghozali memahami adanya unsur hak milik pribadi yang harus dihormati, maka itu dapat mencegahnya dari penyalahgunaan,” tambahnya.
Firman menjelaskan aktivitas di era digital ini tentu berbeda dengan era analog. Pada era analog ketika aktivitas berakhir maka yang tersisa berupa memori pada pikiran pihak-pihak yang terlibat aktivitas.
Pada ingatan yang makin pudar, maka jejak juga akan terhapus. Sedangkan aktivitas di era digital tidak terhapus.
Firman mengungkapkan data yang dihasilkan dalam konteks berelasi dengan perangkat digital ini mulai dari nama, jenis kelamin, golongan darah, NIK, nomor rekening, alamat rumah, hingga riwayat kesehatan. Selain itu, semua postingan, status, selfie, komentar, pemesanan barang, sampai aktivitas harian dengan platform digital juga masuk data pribadi.
ADVERTISEMENT
“Di interaksi digital, maka akan tertinggal digital path yang tak pernah terhapus. Dari digital path berupa data pribadi inilah yang digunakan sebagai bahan baku untuk diolah lebih lanjut menjadi informasi dan pengetahuan. Sehingga pengetahuan tentang saya, activities, interest and opinion (AIO) saya dapat dengan mudah dikonstruksi berdasarkan data pribadi yang tersebar sebagai digital path itu,” terang Firman.
Firman merasa, dengan kondisi tersebut membuat keamanan data pribadi sudah tidak ada di tangan individu yang telah mengunggahnya ke platform digital. Untuk itu, ia menegaskan jangan sembarangan dalam menyebarkan data pribadi di platform digital.
“Maka untuk memastikan saya tetap aman, maka mau tak mau harus ‘hemat’ dalam memberikan data pribadi. Jangan terlalu kerap mengobral diri pada platform digital, jika perilaku kita tak ingin dikenali oleh pihak lain. Selain data-data diri terkait eksistensi diri di atas, sangat terbatas menyebarkannya,” tutur Firman.
ADVERTISEMENT