Gibran Bilang Tom Lembong Bohong Tesla Tak Pakai Nikel, Ini Faktanya

22 Januari 2024 10:37 WIB
·
waktu baca 4 menit
comment
72
sosmed-whatsapp-white
copy-link-circle
more-vertical
Paslon nomor urut 02 Prabowo Subianto dan Gibran Rakabuming Raka usai Debat Keempat Pilpres 2024 di Jakarta Convention Center (JCC), Jakarta, Minggu (21/1/2024) Foto: Iqbal Firdaus/kumparan
zoom-in-whitePerbesar
Paslon nomor urut 02 Prabowo Subianto dan Gibran Rakabuming Raka usai Debat Keempat Pilpres 2024 di Jakarta Convention Center (JCC), Jakarta, Minggu (21/1/2024) Foto: Iqbal Firdaus/kumparan
ADVERTISEMENT
Cawapres Gibran Rakabuming Raka menilai co-captain AMIN, Thomas Lembong, melakukan kebohongan karena menyebut produsen kendaraan listrik Tesla tak lagi menggunakan nikel sebagai bahan baku baterai listrik. Hal itu dilontarkan saat bertanya kepada lawannya, Cawapres Muhaimin Iskandar alias Cak Imin, saat debat pilpres keempat, Minggu (21/1) malam.
ADVERTISEMENT
Kepada lawannya, Gibran mengaku heran Tom Lembong kerap menyinggung Tesla saat ini lebih memilih pakai lithium ferrophosphate (LFP) untuk bahan baku baterai listrik. Padahal, sepemahaman Gibran, Elon Musk, sang pemilik Tesla masih menggunakan nikel, komoditas yang jumlahnya melimpah di Indonesia.
Keanehan lain di mata Gibran, Cak Imin tidak mengerti apa itu LFP. Seharusnya, kata dia, pasangan Anies Baswedan ini paham soal LFP karena Tom Lembong kerap membahas itu.
"Kan aneh, (Tom Lembong) sering bicara LFP, lithium ferrophosphate. (Katanya) Tesla enggak pakai nikel. Ini kan kebohongan publik, mohon maaf. Tesla itu pakai nikel, pak, dan Indonesia negara yang punya cadangan nikel terbesar sedunia," katanya dalam debat.
Menurut Gibran, dengan Tom Lembong membahas LFP, sama dengan mempromosikan produksi kendaraan listrik buatan China.
ADVERTISEMENT
"Saya enggak tahu, ya, Pak Tom Lembong dan timsesnya sering diskusi dengan cawapresnya, masa cawapresnya enggak paham. Aneh, lho!" Saya jelaskan sekali lagi lithium ferrophosphate itu adalah alternatif dari nikel. Intinya ada negara yang enggak mau pakai nikel. Itu, Gus, yang saya maksud. Apakah Gus Muhaimin anti nikel juga?" tanya Gibran.
Co-Captain Timnas AMIN, Thomas Lembong, dalam program Info A1 kumparan di kantor kumparan, Jakarta, Kamis (14/12/2023). Foto: Jamal Ramadhan/kumparan

Benarkah Tesla Tinggalkan Nikel?

Elon Musk sebagai pemilik Tesla rupanya sudah melirik LFP sebagai alternatif nikel dalam pembuatan baterai mobil listrik sejak tahun lalu. Berdasarkan situs Europe Autonews, Elon bilang alasan Tesla akan pakai LFP karena biayanya lebih murah dibandingkan pakai nikel.
Untuk LFP, Telsa akan menerapkannya di kendaraan listrik yang berbiaya rendah seperti truk semi berat dan kendaraan listrik Tesla yang terjangkau seperti tipe Model 3 dan Model Y yang saat ini masih pakai nikel. Hal ini terungkap dari paper yang dirilis Tesla, Master Plan Part 3.
ADVERTISEMENT
Elon bahkan sudah meminta China membangun pabrik baterai listrik berbahan baku LFP di AS sejak Maret 2023.
Chief Executive Officer Tesla Elon Musk masuk ke dalam mobil saat meninggalkan hotel di Beijing, China 31 Mei 2023. Foto: Tingshu Wang/Reuters
"Tesla mengatakan kendaraan listrik kecil yang diusulkannya akan menggunakan baterai LFP berkapasitas 53 kilowatt-jam, dibandingkan 75 kWh untuk Model Y dan Model 3," tulis laporan Europe Autonews.
Selain lebih murah, Elon menilai LFP juga dilirik karena cenderung punya risiko kebakaran yang lebih kecil dibandingkan nikel.
Saat ini Tesla mendapatkan baterai LFP dari China's Contemporary Amperex Technology (CATL), yang tidak memiliki pabrik di AS. Pemasok Tesla di Korea Selatan, LG Energy Solution, mengatakan pihaknya juga berencana membuat baterai LFP di pabrik yang diusulkannya di Arizona.

LFP Lebih Murah, Dilirik Banyak Produsen

Baterai listrik LFP rupanya sudah eksis dibandingkan baterai berbasis nikel, yang pertama kali dikembangkan pada tahun 1990-an. Namun, kepadatan energi dan keluaran daya sel LFP terbatas, sehingga para peneliti mengembangkan katoda (elektroda positif) menggunakan kombinasi nikel, kobalt, dan mangan (NMC) atau aluminium (NCA) pada tahun 2000-an.
ADVERTISEMENT
Meskipun lebih mahal dan kurang stabil dibandingkan bahan kimia LFP, baterai sel nikel ini memiliki kepadatan energi yang lebih tinggi (penyimpanan energi lebih banyak untuk berat dan volume yang sama), sehingga lebih cocok untuk aplikasi berkinerja tinggi.
Tesla Model Y Foto: dok. Tesla
Dengan tujuan utama kendaraan listrik memiliki jangkauan yang lebih jauh dan performa yang lebih tinggi, selama dekade terakhir, para insinyur perusahaan mobil telah berupaya memanfaatkan katoda berbasis nikel.
"Namun katoda berbahan dasar nikel dan kobalt lebih mahal, dan tingkat energinya yang lebih tinggi membuat katoda tersebut tidak stabil dan lebih mudah terbakar jika disalahgunakan atau diberi daya berlebih atau terlalu rendah," tulis laporan di EE Power.
Perbandingan baterai listrik berbahan nikel dan LFP. Sumber: EE Power
Secara keseluruhan, baterai LFP dinilai pilihan yang baik jika produsen listrik mencari biaya murah tapi keamanannya tetap terjaga. Sementara baterai NMC dan NCA adalah pilihan yang lebih baik yang mengutamakan kepadatan energi dan kinerja.
ADVERTISEMENT
"Misalnya, kendaraan listrik semakin banyak menggunakan baterai LFP sebagai alternatif yang lebih hemat biaya dan berkelanjutan dibandingkan baterai lithium-ion tradisional," tulis EE Power.
Karena umurnya yang panjang, keamanannya, dan harganya yang terjangkau, Tesla, Ford, dan produsen mobil besar lainnya beralih ke baterai LFP di beberapa model kendaraan listrik mereka. Tesla menggunakan baterai LFP dalam model Model 3 Standard Range Plus dan Model Y Standard Range.
Ford jugaa telah mengumumkan rencana untuk menggunakan baterai LFP di Mustang Mach-E akhir tahun ini, dan model truk pikap listrik F-150 Lightning akan mendapatkannya sebagai opsi tahun depan. Produsen mobil lain yang menggunakan baterai LFP termasuk BYD, CATL, dan Nio.