GMF Aero Asia Angkat 2 Direktur Baru, Tak Ada Dividen karena Masih Rugi

kumparanBISNIS

2 September 2022 15:01 WIB

waktu baca 2 menit

PT Garuda Maintenance Facility Aero Asia Tbk menyelenggarakan Rapat Umum Pemegang Saham Tahunan (RUPST). Foto: Dok. GMF

kumparan Hadir di WhatsApp Channel

PT Garuda Maintenance Facility Aero Asia Tbk (GMF Aero Asia) menyetujui adanya perubahan direksi melalui Rapat Umum Pemegang Saham Tahunan (RUPST). Ada 1 komisaris dan 2 direktur baru.

Pemegang saham yang hadir menyetujui untuk mengangkat kembali Maria Kristi Endah Murni sebagai Komisaris GMF. Di jajaran direksi, pemegang saham sepakat menunjuk Mukhtaris sebagai Direktur Line operation dan Salusra Satria sebagai Direktur Keuangan GMF yang baru untuk menggantikan dua direktur yang diberhentikan.

“Hasil RUPS menyetujui pemberhentian dengan hormat Jaka Ari Triyoga sebagai Direktur Line Operation dan Edward Okky Avianto dari jabatan dari Direktur Keuangan GMF,” ujar DIrektur Utama GMF Andi Fahrurrozi dalam konferensi pers virtual, Jumat (2/9).

Dalam RUPS, tidak ada pembagian dividen dari laba tahun buku 2021 “Tidak ada pembagian dividen, karena kami masih mengalami kerugian di tahun 2021,” katanya.

Emiten berkode GMFI ini mengesahkan Laporan Tahunan tahun buku 2021 dengan membukukan pendapatan usaha sebesar USD 210,6 juta dan menekan kerugian hingga 70 persen dibanding tahun 2021, dari USD 311,3 juta menjadi USD 94,5 juta. Pendapatan ini merupakan hasil dari upaya pemulihan berkelanjutan yang digalakkan dalam menghadapi pandemi COVID-19.

Pekerja Garuda Maintenance Facility (GMF) melakukan pengecekan mesin di Pesawat Garuda Indonesia yang akan digunakan untuk armada haji 1443 H/2022 di Hanggar GMF Bandara Soekarno Hatta, Tangerang, Banten, Kamis (2/6/2022). Foto: Muhammad Iqbal/ANTARA FOTO

Upaya diversifikasi bisnis yang telah dicanangkan pada 2020 pun mulai menunjukkan hasil di tahun 2021, di antaranya pada segmen industri pertahanan dan power services. Pada Desember 2021, GMF berhasil mendatangkan dan melakukan perawatan pada pesawat Hercules C130 pertama milik Angkatan Udara Tentara Nasional Indonesia. Dari sisi pendapatan, segmen power services dan industri pertahanan berhasil mencatatkan peningkatan lebih dari 100 persen dibanding tahun 2020.