GoPay Vs OVO Bersaing di Layanan Pembayaran SPP, Siapa yang Paling Kuat?

24 Februari 2020 11:59 WIB
comment
0
sosmed-whatsapp-white
copy-link-circle
more-vertical
Ilustrasi dompet digital Gopay. Foto: Jamal Ramadhan/kumparan
zoom-in-whitePerbesar
Ilustrasi dompet digital Gopay. Foto: Jamal Ramadhan/kumparan
ADVERTISEMENT
Pembayaran melalui dompet digital seperti Ovo dan GoPay mulai biasa dilakukan masyarakat. Selain lebih mudah dan praktis, dompet menggunakan dompet digital juga sudah menjadi gaya hidup.
ADVERTISEMENT
Baru-baru ini, dompet digital seperti GoPay dan Ovo, mulai menawarkan fitur pembayaran biaya pendidikan atau Sumbangan Pembinaan Pendidikan (SPP) di beberapa instansi.
Senior Vice President Sales GoPay, Arno Tse, menjelaskan hadirnya layanan GoPay untuk pendidikan, akan memudahkan orang tua sehingga tak perlu lagi ke sekolah untuk melakukan pembayaran.
Arno berharap kedepan GoPay bisa menjangkau lebih banyak instansi pendidikan lagi. Namun dia enggan menjelaskan lebih rinci target perluasan instansi pendidikan yang digandeng.
"Kami berharap dapat menjangkau lebih banyak lagi lembaga pendidikan di Indonesia dan layanan public service lainnya," katanya kepada kumparan, Jumat (21/2).
Saat ini GoPay sudah menyediakan pembayaran bagi 180 lembaga pendidikan yang terdiri dari pesantren, madrasah, sekolah, dan tempat kursus di Indonesia.
ADVERTISEMENT
GoPay menjadi dompet digital yang paling digemari berdasarkan laporan konsultan bisnis Ipsos Indonesia. Dalam laporan tersebut menunjukkan 68 persen generasi milenial aktif menggunakan dompet digital dalam bertransaksi.
Survei dilakukan terhadap 500 responden di lima kota besar: Jakarta, Semarang, Yogyakarta, Palembang, dan Manado. Responden didominasi generasi milenial dan generasi Z di rentang usia 18-40 tahun dengan margin of error 2 persen.
Direktur Riset Ipsos, Olivia Samosir, mengatakan sebanyak 68 persen generasi muda ini menggunakan dompet digital minimal satu hingga dua kali seminggu. Dengan besaran isi ulang rata-rata Rp 149.663 per minggu.
"Dengan penghasilan antara Rp 1.250.000 sampai Rp 5 juta, mereka top up rata-rata Rp 140 ribu tiap minggu," kata Olivia dalam konferensi pers Ipsos di JW Mariot Hotel, Jakarta Selatan, Rabu (12/2).
ADVERTISEMENT
Dari jumlah itu, sebanyak 40 persen dari mereka pertama kali menggunakan untuk jasa pembayaran transportasi. Sementara 32 persen untuk membayar jasa makanan dan minuman.
Pada tahun 2018, GoPay mencatatkan transaksi sebesar USD 6 miliar atau Rp 81,6 triliun (kurs Rp 13.600). Transaksi tersebut dipakai untuk pembelian produk dan jasa.
Adapun empat pemain utama dompet digital yang paling dikenal berdasarkan hasil penelitian, adalah Gopay, OVO, Dana, dan LinkAja. Dari seluruhnya, Gopay menempati urutan tertinggi sebagai dompet digital paling banyak digunakan.
Ilustrasi dompet digital. Foto: Jamal Ramadhan/kumparan
Ovo Ikut Merambah ke Pembayaran Pendidikan
Dompet digital milik PT Visionet Internasional atau yang lebih dikenal OVO terus meramaikan persaingan dengan GoPay, khususnya untuk masuk dalam sektor pendidikan.
Presiden Direktur OVO Karaniya Dharmasaputra mengatakan pihaknya siap mengikuti GoPay untuk bisa membayar SPP. Menurut dia, Ovo bisa menunjang program digitalisasi pembayaran sekolah.
ADVERTISEMENT
Adapun saat ini OVO sudah menyediakan pembayaran semester bagi beberapa universitas antara lain Universitas Katolik Widya Mandala (Unika Widya Mandala, Universitas Surabaya (Ubaya), Universitas Sebelas Maret (UNS).
Tak hanya itu, Karaniya mengatakan OVO juga telah merambah sistem pembayaran online kantin, koperasi, bazaar mahasiswa, hingga pembayaran wisuda.
"Diharapkan dapat meningkatkan adopsi transaksi non-tunai di kalangan pelajar," katanya kepada kumparan, Minggu (23/2).
Berdasarkan riset Morgan Stanley pada tahun 2019, penggunaan OVO lebih tinggi ketimbang Go-Pay. Survei dilakukan terhadap 727 pengguna fintech pembayaran yang berpendapatan menengah ke atas di beberapa kota di Indonesia pada Oktober 2018. Sebanyak 86 persen responden mengenal Go-Pay dan OVO.
Sementara itu, sepanjang 2019, Karaniya menyebut Ovo telah memproses 1 miliar transaksi secara real time. Peningkatan transaksi tembus lebih dari 70 persen.
ADVERTISEMENT
"Iya benar 1 miliar transaksi," kata Karaniya.