Greenpeace: Kelapa Sawit Sebabkan Petani Kecil Menderita hingga Kebakaran Hutan

8 Juni 2022 14:55 WIB
·
waktu baca 2 menit
comment
0
sosmed-whatsapp-white
copy-link-circle
more-vertical
Sejumlah truk pengangkut Tanda Buah Segar (TBS) kelapa sawit mengantre untuk pembongkaran di salah satu pabrik minyak kelapa sawit milik PT.Karya Tanah Subur (KTS) Desa Padang Sikabu, Kaway XVI, Aceh Barat, Aceh, Selasa (17/5/2022). Foto: Syifa Yulinnas/ANTARA FOTO
zoom-in-whitePerbesar
Sejumlah truk pengangkut Tanda Buah Segar (TBS) kelapa sawit mengantre untuk pembongkaran di salah satu pabrik minyak kelapa sawit milik PT.Karya Tanah Subur (KTS) Desa Padang Sikabu, Kaway XVI, Aceh Barat, Aceh, Selasa (17/5/2022). Foto: Syifa Yulinnas/ANTARA FOTO
ADVERTISEMENT
Industri kelapa sawit tidak hanya membuat sebagian perusahaan merasa diuntungkan terlebih lagi saat harga sedang melonjak. Di sisi lain, banyak permasalahan yang harus dihadapi para petani bahkan lingkungan.
ADVERTISEMENT
Team Leader Forest Campaigner Greenpeace, Arie Rompas mengatakan, pemerintah telah menetapkan sejumlah regulasi, namun hanya 20 persen alokasi untuk plasma yang dipatuhi sektor swasta.
"Masalah regulasi khususnya alokasi 20 persen untuk plasma dipatuhi oleh perusahaan," ujar Arie di Jakarta, Rabu (8/6).
Arie menuturkan, perusahaan telah mengumpulkan dan mengembangkan cadangan lahan yang sangat besar. Sementara, pemerintah gagal menyediakan ratusan ribu lahan "plasma" untuk petani kecil di dalam perkebunan mereka sebagaimana diwajibkan secara hukum.
Di sisi lain, kata Arie, hanya ada empat perusahaan besar yang menguasai hampir separuh pasar minyak goreng nasional. Hal ini menyebabkan, pertama, ada total 3,12 juta hektar kelapa sawit yang ditanam di dalam kawasan hutan Indonesia.
"Jadi, itulah masalahnya di Indonesia, ada regulasi, tapi tidak sesuai dengan perusahaan," lanjut Arie.
ADVERTISEMENT
Minyak kelapa sawit, sambung Arie, diproduksi di dalam setiap kategori kawasan hutan termasuk taman nasional, suaka margasatwa dan bahkan situs UNESCO.
Menurutnya, penanaman kelapa sawit di kawasan hutan Indonesia menempati 183.687 ha lahan yang sebelumnya dipetakan sebagai habitat Orang Utan dan 148.839 ha habitat Harimau Sumatera.
"Situasi saat ini banyak harimau yang kabur ke pemukiman dan membuat konflik dengan masyarakat," tutur Arie.
Tidak hanya itu, mereka menemukan banyak perusahaan yang memiliki perwakilan hutan di daerah tersebut. Namun, permasalahan terus datang terjadi dan tak kunjung usai.
Belum lagi, kasus kebakaran hutan yang merajalela di lahan hutan yang terbuka dan lahan gambut yang dikeringkan untuk kelapa sawit
"Pemerintah Indonesia tidak mengambil tindakan atas kasus kebarakan di Indonesia," tandas Arie.
ADVERTISEMENT