Gubernur BI: 2025 Optimistis Ekonomi RI Tumbuh Tinggi, Tapi Tetap Waspada

22 Januari 2025 10:53 WIB
·
waktu baca 2 menit
comment
0
sosmed-whatsapp-white
copy-link-circle
more-vertical
Gubernur Bank Indonesia (BI) Perry Warjiyo. Foto: Dhemas Reviyanto/ANTARA FOTO
zoom-in-whitePerbesar
Gubernur Bank Indonesia (BI) Perry Warjiyo. Foto: Dhemas Reviyanto/ANTARA FOTO
ADVERTISEMENT
Gubernur Bank Indonesia (BI) Perry Warjiyo optimistis pertumbuhan ekonomi Indonesia tahun ini akan positif. Meski begitu, Perry menyebut pemerintah mesti tetap waspada di tengah gejolak global.
ADVERTISEMENT
“Kami optimis Indonesia bersatu, bersinergi, tidak hanya stabil, tapi juga tumbuh lebih tinggi di tengah gejolak global, geopolitik yang terus berlanjut," tutur Perry dalam Peluncuran Laporan Perekonomian Indonesia (LPI) 2024, Rabu (22/1).
"Kita tetap waspada terhadap berbagai gejolak global, tapi kita harus membangun optimisme untuk bersama kita maju ke depan,” sambungnya.
Perry menjelaskan, ada 3 hal penting terkait perekonomian Indonesia pada 2025. Perry optimistis, tahun ini Indonesia akan mencapai kinerja yang lebih baik dari tahun 2024.
BI memperkirakan pertumbuhan ekonomi akan berkisar antara 4,7 persen sampai 5,5 persen pada 2025 dan akan naik di 2026 depan antara 4,8 persen sampai 5,6 persen. Menurut dia, pertumbuhan akan naik dalam dua tahun ini, dan terus akan naik ke lebih tinggi ke tahun-tahun depan.
ADVERTISEMENT
“Yang kami juga lihat optimis bahwa inflasi akan terkendali 2,5 plus minus 1 persen. Rupiah akan kami jaga stabil supaya ekonomi kita terus tumbuh, dan kredit kami dorong bisa tumbuh antara 11 sampai 13 persen, dan digitalisasi ekonomi kita akan terus berlanjut,” jelas Perry.
Kemudian yang kedua, terkait perekonomian Indonesia, Perry memastikan arah kebijakan Bank Indonesia terus diarahkan untuk mendukung stabilitas dan pertumbuhan ekonomi.
Dia menyoroti langkah BI dalam Rapat Dewan Gubernur (RDG) beberapa waktu yang lalu menurunkan suku bunga sebesar 25 basis poin menjadi 5,75.
“Karena kami yakin inflasi rendah dan kami perlu ikut mendorong pertumbuhan ekonomi. Kami terus mencermati ruang gerak bagaimana nanti bisa penurunan suku bunga, tentu saja dengan melihat dinamika data dependen yang ada,” imbuhnya.
ADVERTISEMENT
Hal ini dilakukan seiring dengan langkah BI menjaga mstabilitas nilai tukar, peningkatan likuiditas bagi perbankan untuk menyalurkan kredit, termasuk kebijakan insentif likuiditas makro brasil ke sektor-sektor prioritas.
“Rp 295 triliun kami sudah salurkan kepada perbankan untuk sektor-sektor prioritas,” tambahnya.
Selain itu, digitalisasi di bidang ekonomi keuangan mikro maupun juga untuk transaksi keuangan pemerintah.
Kemudian hal ketiga terkait perekonomian Indonesia yang dilakukan BI adalah mendukung penuh program-program dalam Asta Cita dengan lima dukungan.
“Satu, menjaga stabilitas ekonomi. Dua, pemberian SBN termasuk debt switching. Yang ketiga adalah insentif legalitas untuk mendorong kredit ke sektor-sektor prioritas penciptaan lapangan kerja. Yang keempat adalah ketahanan pangan, hilirisasi pertanian khususnya. Nomor lima adalah digitalisasi,” terang Perry.
ADVERTISEMENT