Gubernur BI Anggap Rupiah Masih Stabil Meski Tembus Rp 16.300 per Dolar AS

14 Juni 2024 13:23 WIB
·
waktu baca 2 menit
comment
2
sosmed-whatsapp-white
copy-link-circle
more-vertical
Gubenur Bank Indonesia Perry Warjiyo menyampikan laporan hasil rapat Komite Stabilitas Sistem Keuangan (KSSK) I Tahun 2024 di kantor Kementerian Keuangan, Jakarta, Selasa (30/1/2024).  Foto: ANTARA FOTO/Muhammad Adimaja
zoom-in-whitePerbesar
Gubenur Bank Indonesia Perry Warjiyo menyampikan laporan hasil rapat Komite Stabilitas Sistem Keuangan (KSSK) I Tahun 2024 di kantor Kementerian Keuangan, Jakarta, Selasa (30/1/2024). Foto: ANTARA FOTO/Muhammad Adimaja
ADVERTISEMENT
sosmed-whatsapp-green
kumparan Hadir di WhatsApp Channel
Follow
Gubernur Bank Indonesia (Gubernur BI), Perry Warjiyo, menilai pergerakan nilai tukar rupiah terhadap dolar Amerika Serikat (AS) masih stabil. Berdasarkan data Bloomberg pukul 11.50 WIB, rupiah melemah 105 poin atau 0,65 persen di Rp 16.375 per USD.
ADVERTISEMENT
"(Rupiah) Itu salah satu yang terbaik di dunia. Rupiah kita sangat stabil. Salah satu yang terbaik di dunia," kata Perry kepada wartawan di Istana Negara, Jumat (14/6).
“Bandingkan dengan Korea, bandingkan dengan peso (Filipina), bandingkan dengan bahkan Thailand, bandingkan dengan Jepang. Kita depresiasi kita adalah paling termasuk yang rendah dan stabil,” tegasnya.
Perry memastikan pihaknya akan terus memantau pergerakan rupiah di pasar keuangan. Ia mengaku siap melakukan intervensi jika diperlukan.
“Banyak yang kita lakukan. Antara lain Intervensi, kemudian menarik portofolio asing ke dalam negeri sudah. Semua berjalan baik, stabil dan sudah diapresiasi oleh presiden,” kata Perry.
Seorang Teller menghitung uang Rupiah dan Dolar Amerika Serikat di Bank Mandiri, Jakarta, Senin (7/1/2018). Rupiah ditutup menguat 1,26 persen menjadi Rp14.085 per satu Dolar AS. Foto: ANTARA FOTO/Akbar Nugroho Gumay
Executive Director Segara Research Institute, Piter Abdullah, menilai faktor terbesar yang mendorong pelemahan rupiah karena dolar AS memang cenderung menguat terhadap mata uang dunia. Sebab, dolar adalah instrumen safe haven di tengah ketidakpastian global.
ADVERTISEMENT
"Yang kedua, aliran modal sedang tidak baik bagi indonesia. Hal ini terlihat di neraca pembayaran Indonesia yang saat ini defisit,” kata Piter.
Piter menjelaskan, biasanya current account defisit bisa ditutup dengan surplus neraca modal. Saat ini neraca pembayaran Indonesia mengalami defisit.
Faktor ketiga yaitu investor belum melihat kabar baik untuk Indonesia. Sehingga risiko nilai tukar meningkat, yang membuat rupiah semakin ditinggalkan dan tertekan.
Sementara itu, Chief Economist PT Bank Central Asia Tbk atau BCA David Sumual mencermati pelemahan rupiah disebabkan outflow asing terutama dari SBN dan saham akhir-akhir ini.
“Selain kebutuhan dolar untuk pembayaran utang dan impor juga cukup tinggi, sentimen eksternal juga kurang baik setelah pengumuman data non farm payroll AS yang melebihi ekspektasi minggu lalu sehingga dolar indeks menguat,” tutur David.
ADVERTISEMENT
Menurut David, pelemahan rupiah masih sangat tergantung perkembangan eksternal terutama arah kebijakan moneter Fed dan kondisi geopolitik di Timur Tengah.