Gubernur BI Bantah Ada Crowding Out & Likuiditas Ketat Akibat SRBI

17 Juli 2024 19:11 WIB
ยท
waktu baca 2 menit
comment
0
sosmed-whatsapp-white
copy-link-circle
more-vertical
Gubernur Bank Indonesia Perry Warjiyo memberikan keterangan pers hasil Rapat Dewan Gubernur (RDG) BI di Gedung Bank Indonesia, Jakarta, Kamis (22/8). Foto: ANTARA FOTO/Aprillio Akbar
zoom-in-whitePerbesar
Gubernur Bank Indonesia Perry Warjiyo memberikan keterangan pers hasil Rapat Dewan Gubernur (RDG) BI di Gedung Bank Indonesia, Jakarta, Kamis (22/8). Foto: ANTARA FOTO/Aprillio Akbar
ADVERTISEMENT
Bank Indonesia (BI) membantah keberadaan Sekuritas Rupiah Bank Indonesia (SRBI) menjadi penyebab likuiditas di bank menjadi mengering. Imbal hasil SRBI untuk tenor tak memicu munculnya fenomena crowding out.
ADVERTISEMENT
Crowding out menggambarkan aliran dana dari pasar keuangan terserap ke salah satu instrumen otoritas, sehingga likuiditas sulit diperoleh oleh pelaku pasar. Hingga 15 Juli 2024, posisi instrumen SRBI tercatat sebesar Rp 775,45 triliun.
"Apakah terjadi crowding out? jawabannya tidak. Dari sisi SRBI dan SBN, baik dari suku bunga dan juga lelangnya SBN untuk pembiayaan fiskal," kata Perry dalam konferensi pers Rapat Dewan Gubernur di Gedung BI, Rabu (17/7).
Imbal hasil SBN tenor 2 dan 10 tahun relatif stabil, per 16 Juli 2024 masing-masing sebesar 6,68 persen dan 6,95 persen, di tengah yield US Treasury dan premi risiko pasar keuangan global yang masih tinggi.
Likuiditas perbankan tetap terjaga sejalan dengan tambahan insentif likuiditas kebijakan makroprudensial (KLM), ekspansi operasi moneter, dan aliran masuk portofolio asing di samping tingginya kenaikan Dana Pihak Ketiga (DPK), sehingga berdampak pada suku bunga perbankan yang tetap terjaga.
ADVERTISEMENT
BI terus akan berkoordinasi dengan Kementerian Keuangan. BI akan menyerap Surat Berharga Negara (SBN) apabila harga di pasar keuangan jatuh dari standar.
Gubernur Bank Indonesia Perry Warjiyo memberikan keterangan kepada media terkait hasil Rapat Dewan Gubernur (RDG) Bank Indonesia. Foto: ANTARA FOTO/Muhammad Adimaja
"Pada saat ini, SRBI suku bunga lebih tinggi dari SBN. Tapi kemungkinan di kuartal IV bunga US Treasury yang tenor 2 tahun dan 10 tahun akan konvergen, maka bunga SBN dan SRBI juga akan mengalami hal yang sama," tutur Perry.
Senada, Deputi Gubernur BI Doni Primanto Joewono membantah penerbitan SRBI memicu crowding out di pasar keuangan dan keketatan likuiditas perbankan saat ini.
"Bagaimana komposisi alokasi kredit, berapa penempatan BI kepada surat berharga. Jadi kalau kita melihat perkembangan ada crowding out dari SRBI ke kredit itu engga ada," ujar Doni.
ADVERTISEMENT
Doni merinci, penyaluran kredit dari alokasi aset Bank BUMN naik dari 68 persen menjadi hampir 72 persen. Sedangkan untuk alokasi aset bank swasta KBMI 3 dan KBMI 4, penyaluran kredit naik dari 61 menjadi 63 persen.
"Memang perkembangan semua naik, DPK naik, kredit naik, SRBI naik ini memang betul ada sedikit alokasi dari SBN ke SRBI. Tidak mengurangi komposisi dari bank bahwa dia tetap menjalankan fungsi untuk memberikan kredit jauh lebih banyak daripada sebelumnya," kata Doni.