Gubernur BI Buka Suara soal Anjloknya Nilai Tukar Rupiah di Rp 15.800

30 Januari 2024 13:49 WIB
ยท
waktu baca 2 menit
comment
0
sosmed-whatsapp-white
copy-link-circle
more-vertical
Gubernur Bank Indonesia Perry Warjiyo dalam konferensi pers Rapat Dewan Gubernur, Rabu (17/1/2024). Foto: Ave Airiza Gunanto/kumparan
zoom-in-whitePerbesar
Gubernur Bank Indonesia Perry Warjiyo dalam konferensi pers Rapat Dewan Gubernur, Rabu (17/1/2024). Foto: Ave Airiza Gunanto/kumparan
ADVERTISEMENT
sosmed-whatsapp-green
kumparan Hadir di WhatsApp Channel
Follow
Gubernur Bank Indonesia (BI) Perry Warjiyo mengungkapkan alasan di balik anjloknya rupiah. Adapun, rupiah sempat menyentuh angka Rp 15.810 pada penutupan perdagangan Senin (30/1).
ADVERTISEMENT
Perry mengatakan anjloknya rupiah dipengaruhi oleh berita mancanegara yang masuk ke Indonesia. Ia memastikan, pelemahan nilai tukar rupiah terhadap dolar Amerika Serikat (AS) terjadi dalam waktu pendek.
"Dalam jangka pendek, ada faktor-faktor berita satu hingga dua minggu terakhir yang berpengaruh terhadap tatanan nilai tukar rupiah. Tidak hanya rupiah, tapi seluruh dunia," kata Perry dalam konferensi pers KSSK di Kantor Kementerian Keuangan, Selasa (30/1).
Perry bilang, salah satu berita yang mempengaruhi nilai tukar rupiah adalah pasar yang memproyeksi bahwa Federal Funds Rate (FFR) atau suku bunga the Fed, akan turun di kuartal I atau kuartal II tahun ini.
"Tapi ternyata data-data terakhir kayanya FFR FOMC kayanya sabar untuk enggak buru-buru menurunkan FFR, karena apa? Personal spendingnya atau ekonominya masih tumbuh bagus dan inflasi inti belum turun di bawah sasaran," ungkapnya.
ADVERTISEMENT
Tak hanya itu, Perry menyebut berita soal pergerakan dolar juga menjadi sentimen yang mempengaruhi pergerakan rupiah beberapa waktu belakangan ini.
"Tempo hari indeks dolar sudah turun ke dari 103 ke 102, naik lagi ke 103 malah di atas 103. Sehingga seluruh mata uang dunia melemah, tidak terkecuali rupiah," katanya.
Terakhir, ada pula berita mengenai tensi geopolitik yang terjadi di Timur Tengah dan Laut China. Hal itu memberikan sentimen negatif pada pergerakan rupiah.
"Berita-berita itu yang membuat kemudian tekanan nilai tukar mata uang dunia termasuk rupiah itu meningkat," tandasnya.