Gubernur BI Minta Perbankan Tidak 'Kekep' SBN Agar Kredit Tumbuh

31 Januari 2024 12:23 WIB
·
waktu baca 2 menit
comment
0
sosmed-whatsapp-white
copy-link-circle
more-vertical
Gubernur Bank Indonesia Perry Warjiyo dalam konferensi pers Devisa Hasil Ekspor di Kemenko Perekonomian, Jakarta, Jumat (28/7/2023). Foto: Jamal Ramadhan/kumparan
zoom-in-whitePerbesar
Gubernur Bank Indonesia Perry Warjiyo dalam konferensi pers Devisa Hasil Ekspor di Kemenko Perekonomian, Jakarta, Jumat (28/7/2023). Foto: Jamal Ramadhan/kumparan
ADVERTISEMENT
Gubernur Bank Indonesia (Gubernur BI) Perry Warjiyo meminta perbankan mulai melakukan penjualan atau repo surat berharga negara (SBN) yang dimiliki. Guna mendorong tumbuhnya penyaluran kredit.
ADVERTISEMENT
Perry mengatakan kecukupan likuiditas akan tercapai jika perbankan melakukan transaksi jual dan beli SBN.
“Kami pastikan likuiditas lebih dari cukup sepanjang perbankan juga mau merepokan SBN yang dimiliki, tidak dikekepin,” kata Perry dalam Peluncuran Laporan Perekonomian Indonesia 2023, Rabu (31/1).
Menurut Perry, likuiditas sangat penting untuk mendorong sektor-sektor prioritas dalam mendapatkan pembiayaan. Sehingga mampu mengakselerasi pertumbuhan ekonomi.
Lebih lanjut, Perry memproyeksi pertumbuhan kredit pada tahun ini akan mencapai 10 persen hingga 12 persen. “Makroprudensial kami bersama KSSK memastikan pertumbuhan kredit 10 persen sampai 12 persen. Mari bersama untuk mendorong kredit bagi perekonomian kita,” ungkapnya.
Adapun kredit perbankan pada 2023 tumbuh mencapai 10,38 persen. BI menargetkan penyaluran kredit perbankan berada dalam kisaran 9 persen hingga 11 persen.
ADVERTISEMENT
Dari sisi permintaan, peningkatan kredit tersebut sejalan dengan kinerja positif korporasi dan rumah tangga. Sementara dari sisi penawaran, peningkatan kredit didorong risk appetite perbankan dan kapasitas likuiditas perbankan yang terjaga baik, termasuk dampak positif dari kebijakan likuiditas Bank Indonesia seperti KLM dan Penyangga Likuiditas Makroprudensial (PLM).
Secara rinci, berdasarkan kelompok penggunaan, pertumbuhan kredit terutama ditopang oleh kredit investasi dan kredit modal kerja, masing-masing sebesar 12,26 persen dan 10,05 persen.
Sementara secara sektoral, pertumbuhan kredit terutama ditopang oleh kinerja sektor Pengangkutan, Jasa Sosial, Perdagangan, dan Listrik, Gas, Air.