Tentang KamiPedoman Media SiberKetentuan & Kebijakan PrivasiPanduan KomunitasPeringkat PenulisCara Menulis di kumparanInformasi Kerja SamaBantuanIklanKarir
2024 ยฉ PT Dynamo Media Network
Version 1.93.2
Gubernur BI: Prospek Ekonomi Global Akan Meredup pada 2025
29 November 2024 20:59 WIB
ยท
waktu baca 3 menitADVERTISEMENT
Gubernur Bank Indonesia (BI) Perry Warjiyo memperkirakan gejolak ekonomi global dalam dua tahun mendatang atau periode 2025-2026 masih akan berlanjut. Terpilihnya kembali Donald Trump sebagai Presiden Amerika Serikat (AS) membawa perubahan pesat dalam lanskap geopolitik dan perekonomian dunia.
ADVERTISEMENT
"Tarif tinggi dan bahkan perang dagang, ketegangan geopolitik, disrupsi rantai pasok dagang, fragmentasi ekonomi dan keuangan. Akibatnya, prospek ekonomi global akan meredup pada 2025 dan 2026," kata Perry dalam acara Pertemuan Tahunan Bank Indonesia di Jakarta, Jumat (29/11).
Tak hanya itu, Perry menyebut ketidakpastian ekonomi global akan semakin tinggi dengan lima karakteristik. Pertama, pertumbuhan yang lebih lambat dan berbeda. Pertumbuhan dunia akan menurun pada 2025 dan 2026, sedangkan Amerika Serikat membaik, Tiongkok dan Eropa akan melambat. India dan Indonesia masih cukup baik pada periode tersebut.
Kedua, munculnya kembali tekanan inflasi. Penurunan inflasi dunia akan melambat, bahkan berisiko naik pada tahun 2026. Hal ini disebabkan adanya gangguan rantai pasok dan perang dagang. Ketiga, suku bunga AS yang lebih tinggi. Dalam hal ini, Perry bilang penurunan Fed fund rate akan lebih rendah.
ADVERTISEMENT
"Sementara US treasury akan naik tinggi ke 4,7 persen di 2025 dan 5 persen di 2026. Karena membengkaknya defisit fiskal dan utang pemerintah Amerika," kata Perry.
Keempat, dolar menguat. Perry mengatakan dolar Amerika akan menguat dari 101 ke 107. Kondisi ini mengakibatkan tekanan depresiasi nilai tukar di seluruh dunia termasuk rupiah. Perry pun berharap dolar Amerika tidak menguat lagi setelah itu.
"Kelima, berinvestasi di Amerika. Itulah preferensi yang berkembang di investor global. Akibatnya pelarian modal dari emerging market ke Amerika. Karena tingginya suku bunga dan kuatnya dolar. Kelima, gejolak global tersebut. Berdampak negatif ke berbagai negara Indonesia tidak terkecuali. Perlu kita antisipasi," kata Perry.
Perry menegaskan, Indonesia perlu waspada pada hal tersebut dengan respons kebijakan yang tepat. Sebelumnya, Indonesia berhasil bertahan dari rentetan gejolak global dari masa pandemi COVID-19.
ADVERTISEMENT
"Alhamdulillah kita bersyukur ekonomi nasional berdaya tahan. Kuncinya hanya satu, sinergi. Karena masalah berat dan kompleks tidak mungkin dapat dihadapi sendiri. Perlu kerja sama dan koordinasi bersatu kita kuat dan bangkit. Dengan sinergi itu insyaallah," kata Perry.
Dalam kesempatan tersebut, Perry juga memperkirakan ekonomi Indonesia tahun 2025 dan 2026 akan menunjukkan kinerja yang cukup tinggi. Pertumbuhan akan membaik mencapai 4,8 persen sampai 5,6 persen pada 2025 dan 4,9 persen sampai 5,7 persen pada 2026.
"Konsumsi dan investasi kami perkirakan akan meningkat. Ekspor juga masih cukup baik di tengah dan perlambatan ekonomi global. Inflasi tetap terkendali dalam sasaran 2,5 plus minus 1 persen pada 2025 dan 2026. Nilai tukar rupiah tahun 2025 akan dijaga stabil," kata Perry.
ADVERTISEMENT