news-card-video
Jakarta
imsak
subuh
terbit
dzuhur
ashar
maghrib
isya

Gubernur BI Proyeksi Suku Bunga The Fed Bakal Terus Naik hingga 5 Persen di 2023

30 November 2022 13:41 WIB
ยท
waktu baca 2 menit
comment
0
sosmed-whatsapp-white
copy-link-circle
more-vertical
Gubernur Bank Indonesia (BI) Perry Warjiyo memberi sambutan di rangkaian acara KTT G20 yang digelar di Bali, Senin (14/11/2022). Foto: Aditia Noviansyah/kumparan
zoom-in-whitePerbesar
Gubernur Bank Indonesia (BI) Perry Warjiyo memberi sambutan di rangkaian acara KTT G20 yang digelar di Bali, Senin (14/11/2022). Foto: Aditia Noviansyah/kumparan
ADVERTISEMENT
Gubernur Bank Indonesia atau Gubernur BI Perry Warjiyo memproyeksi bank sentral Amerika Serikat, The Fed, akan terus menaikkan suku bunga acuannya di tahun depan. Bahkan, Fed Funds Rate diproyeksi mencapai 5 persen di kuartal I 2023.
ADVERTISEMENT
Perry menuturkan, kebijakan suku bunga tinggi diperkirakan masih akan dipertahankan untuk jangka waktu lebih lama ke depan (higher for longer) untuk meredam tingginya inflasi kembali ke tingkat jangka panjangnya.
"Di AS, suku bunga Fed Funds Rate (FFR) yang saat ini 3,75-4,00 persen diperkirakan akan naik ke sekitar 4,75-5,00 persen pada triwulan I 2023 dan dipertahankan pada level tersebut sepanjang tahun 2023," ujar Perry seperti dikutip dari Buku Pertemuan Tahunan Bank Indonesia (PTBI), Rabu (30/11).
Namun pada tahun 2024, Perry memprediksi suku bunga acuan AS itu akan mulai turun ke sekitar 4,25-4,5 persen. Selain AS, berbagai negara maju juga diproyeksi akan terus meningkatkan suku bunga acuan.
Di Eropa, suku bunga European Central Bank (ECB) dan Bank of England (BoE) yang saat ini masing-masing sebesar 2,5 persen dan 3,75 persen, diperkirakan akan naik hingga menjadi 3,0 persen dan 4,25 persen dan dipertahankan tinggi pada tahun 2023 dan 2024.
ADVERTISEMENT
Kebijakan suku bunga tinggi juga diperkirakan akan berlanjut di Amerika Latin, seperti di Brasil yang tetap tinggi sebesar 13,75 persen hingga kuartal I 2023, dan Meksiko yang saat ini sebesar 9,25 persen akan menjadi 10,75 persen pada kuartal I 2023.
"Suku bunga di kedua bank sentral tersebut masih akan tinggi sepanjang 2023, sebelum menurun menjadi masing-masing 8,00 persen dan 7,50 persen pada akhir 2024," jelasnya.
Sementara itu, kenaikan suku bunga kebijakan moneter di kawasan negara berkembang atau emering markets (EMs) Asia relatif lebih rendah. Suku bunga kebijakan moneter di India dan Korea Selatan misalnya akan meningkat masing-masing hingga menjadi 6,40 persen dan 3,50 persen pada kuartal I 2023 dan dipertahankan sepanjang 2023.
ADVERTISEMENT
"Fenomena lebih tinggi dan lamanya suku bunga kebijakan moneter di negara maju dibandingkan dengan negara EMEs tersebut menunjukkan bahwa fragmentasi karena ketegangan geopolitik telah menyebabkan tidak hanya fragmentasi ekonomi (pertumbuhan dan inflasi) tetapi juga fragmentasi moneter global," tambahnya.