Gubernur BI: Virus Corona Belum Usai, Kini Kita Dihentak Perang Minyak

9 Maret 2020 11:39 WIB
comment
1
sosmed-whatsapp-white
copy-link-circle
more-vertical
Gubernur Bank Indonesia (BI) Perry Warjiyo. Foto: Dewi Rachmat Kusuma/kumparan
zoom-in-whitePerbesar
Gubernur Bank Indonesia (BI) Perry Warjiyo. Foto: Dewi Rachmat Kusuma/kumparan
ADVERTISEMENT
Gubernur Bank Indonesia (BI) Perry Warjiyo mengakui kondisi ekonomi dunia belakangan ini sedang tidak baik-baik saja. Perry menyoroti persoalan itu sudah bisa dilihat dari adanya perang dagang antara Amerika Serikat dengan China.
ADVERTISEMENT
“Perang dagang di awal Februari ada secercah harapan, ada sinar sedikit merebak di pelangi, tapi begitu baru muncul redup kembali dengan corona virus. Dan sekarang corona virus menyebar ke Amerika, Italia, Prancis,” kata Perry dalam sambutannya di Gedung BI, Jakarta, Senin (9/3).
Virus corona memang menjadi persoalan yang belum ditentukan solusinya. Virus tersebut kini sudah mewabah di Indonesia. Perry mengungkapkan di tengah masalah virus corona, kini ada masalah baru yang harus dihadapi yaitu perang minyak.
“Ini dunia masih menghadapi corona virus, malam ini, tadi malam, pagi ini kita dihentakkan dengan perang oil, perang minyak. Yang kemudian harga minyak turun dari sekitar 60 menjadi 30. Inilah contoh-contoh bahwa menurunnya globalisasi begitu demikian cepat,” ujar Perry.
Gubernur Bank Indonesia (BI) Perry Warjiyo. Foto: Dewi Rachmat Kusuma/kumparan
Namun saat ditanya lebih lanjut mengenai perang minyak tersebut, Perry tidak mau membeberkannya panjang lebar. Sebab, kata Perry, persoalan itu bakal masuk di agenda Rapat Dewan Gubernur (RDG)
ADVERTISEMENT
“Nanti, kami sampaikan (di) RDG bulanan,” tutur Perry.
Sebelumnya diberitakan, harga minyak dunia anjlok hingga 20 persen di tengah kekhawatiran produsen utama global yang tidak akan memangkas produksi, padahal permintaan menurun akibat berjangkitnya virus corona.
Menyusul Rusia yang menolak penurunan produksi, Arab Saudi melakukan langkah serupa. Sebelumnya Negara-negara Pengekspor Minyak (OPEC) mendorong penurunan produksi untuk tetap mempertahankan harga minyak di level yang cukup tinggi.
Dikutip dari Reuters, Arab Saudi justru akan meningkatkan produksi minyak mentah mulai bulan depan. BUMN migas Arab Saudi, yakni Saudi Aramco, akan meningkatkan produksi minyak mentahnya secara signifikan di atas 10 juta barel per hari (bph) pada April.
Produsen OPEC lainnya, seperti Irak, Kuwait, dan Uni Emirat Arab, diperkirakan akan mengikuti jejak Arab Saudi dengan penurunan harga minyak dan peningkatan produksi mulai April.
ADVERTISEMENT