Gudang Garam Buka Suara Soal Penurunan Laba dan Kenaikan Cukai Rokok

9 September 2021 12:10 WIB
·
waktu baca 2 menit
comment
0
sosmed-whatsapp-white
copy-link-circle
more-vertical
Ilustrasi pabrik rokok Gudang Garam di Kediri. Foto: Shutter Stock
zoom-in-whitePerbesar
Ilustrasi pabrik rokok Gudang Garam di Kediri. Foto: Shutter Stock
ADVERTISEMENT
PT Gudang Garam Tbk (GGRM) mencatatkan penurunan laba bersih di semester I 2021. Laba bersih yang dicatatkan GGRM mencapai Rp 2,3 triliun atau turun 39,5 persen secara year on year (yoy). Namun pada semester I 2021 pendapatan GGRM berhasil tumbuh 12,9 persen menjadi Rp 60,6 triliun. Menurutnya, pertumbuhan tersebut didorong oleh tingginya volume penjualan.
ADVERTISEMENT
Akan tetapi, kenaikan pendapatan tersebut ditekan oleh peningkatan harga pokok penjualan (COGS) sebesar 20,1 persen secara yoy. Laba operasional juga turun cukup dalam, sebesar 45,3 persen secara yoy menjadi Rp 2,8 triliun akibat kenaikan opex sebesar 5,4 persen.
Manajemen Gudang Garam pun buka suara soal penurunan laba perseroan. Direktur sekaligus Sekretaris Perusahaan Gudang Garam Heru Budiman mengatakan laba perusahaan tertekan karena adanya kenaikan cukai rokok dan pandemi COVID-19.
“Cukai naik hebat di 2020 dan corona juga mulai di Maret 2020. Kenaikan cukai adalah kenaikan beban pokok, menaikkan biaya pokok penjualan kalau tidak diikuti dengan kenaikan harga maka akan menggerus profitable atau keuntungan,” ujar Heru dalam Public Expose Live 2021, Kamis (9/9).
ADVERTISEMENT
Ilustrasi rokok Gudang Garam. Foto: Shutter Stock
Heru tidak menampik bahwa pihaknya telaj menaikkan harga rokok secara bertahap. Namun Heru juga mengakui bahwa menaikkan harga rokok bukan keputusan yang mudah. Sebab perseroan bukanlah satu-satunya produsen rokok di dalam negeri.
Untuk itu menurut Heru, Gudang Garam juga harus melihat pergerakan kompetitor lain. Sebab apabila hanya Gudang Garam yang menaikkan harga rokok, sementara kompetitor tidak melakukan hal yang sama maka strategi tersebut menjadi tidak efisien.
“Setiap kenaikan harga, kami akan memantau apa yang dilakukan oleh kompetitor, apakah mereka menaikkan harga?” ujarnya. Tidak hanya itu, Heru mengatakan pihaknya juga harus jeli melihat perkembangan terutama daya daya beli konsumen di kelas menengah ke bawah.
Di sisi lain, Heru mengakui bahwa strategi menaikkan harga rokok tersebut belum terlihat dampaknya. Di sisi lain, kenaikan harga juga punya batasan agar tetap terjangkau oleh konsumen sehingga volume penjualan tidak turun. “Ada batasannya juga sampai mana kenaikan harga rokok. Karena ini dapat mengakibatkan penurunan volume (penjualan). Yang kita jaga adalah perimbangannya,” ujarnya.
ADVERTISEMENT