Tentang KamiPedoman Media SiberKetentuan & Kebijakan PrivasiPanduan KomunitasPeringkat PenulisCara Menulis di kumparanInformasi Kerja SamaBantuanIklanKarir
2025 ยฉ PT Dynamo Media Network
Version 1.94.1
Gunakan Teknologi Canggih, Tambang Freeport Papua Jadi Terbesar Kedua di Dunia
6 Oktober 2022 13:07 WIB
ยท
waktu baca 3 menitADVERTISEMENT
ADVERTISEMENT
Melalui teknologi smart mining, PT Freeport Indonesia mengaplikasikan teknologi operasi alat berat dari jarak jauh. Ruang kontrol berjarak sekitar 8 km dari tambang bawah tanah di mana alat-alat berat beroperasi. Alat-alat berat yang dikontrol otomatis adalah sebanyak 30 persen merupakan alat loaders, 100 persen alat pemecah batu, dan 100 persen kereta pengangkut material tambang.
"Hari ini Grasberg Minerals di Papua mempresentasikan tambang tembaga terbesar kedua yang beroperasi di dunia," ujar Chairman of the Board and CEO Freeport McMoRan, Richard C. Adkerson dalam orasi ilmiah di Universitas Gadjah Mada (UGM), Yogyakarta, Selasa (5/10).
Menariknya, operator dari teknologi canggih penambangan PT Freeport Indonesia di Papua tersebut dioperasikan oleh 26 wanita dari total 54 operator.
ADVERTISEMENT
PTFI merancang dan membangun sistem kereta angkut listrik otonom untuk memindahkan bijih di tambang bawah tanah. Sistem ini lebih baik daripada menggunakan truk tradisional bertenaga diesel. Pasalnya kereta angkut menghasilkan pengurangan bersih CO2 setara 80.000 metrik ton per tahun bila dibandingkan dengan 50-60 truk diesel yang digunakan untuk melakukan tugas yang sama.
Seluruh kereta pengangkut dikendalikan otomatis mulai dari proses loading chute hingga loading stations. Setiap kereta angkut ini membawa 300 metrik ton bijih mineral per sekali jalan. Selanjutnya, pemuatan bijih juga dilakukan dari jarak jauh oleh operator di ruang kontrol yang terletak di permukaan tanah.
Richard melanjutkan, bahwa tembaga merupakan komoditas yang dibutuhkan di masa depan. Tembaga digunakan untuk elektrifikasi yang bisa mereduksi karbon global, untuk elektrifikasi, hingga untuk teknologi-teknologi yang lebih maju lainnya.
ADVERTISEMENT
"Grasberg dulu dikembangkan di tambang terbuka, sekarang ini di bawah tanah. Apa yang kita lakukan di sana, menambang dan menghancurkan, operasional penambangan di mana konsentrat tembaga dihasilkan," ujar Richard.
Konsentrat tembaga yang dihasilkan, menjadi produk antara sebelum tembaga murni dihasilkan. Richard mengatakan, sebanyak 70 persen tembaga digunakan untuk pembuatan, pendistribusian atau pengaplikasian elektrisasi, dan banyak sekali penggunaan lainnya. Setelah konsentrat dihasilkan, maka akan diangkut ke Smelter yang berlokasi di Gresik Jawa Timur untuk dikelola menjadi produk hilir.
"Saat ini kami telah menjual konsentrat tembaga di pasar internasional, khususnya di Asia seperti Jepang, Korea Selatan, Taiwan, China dan India," kata Richard.
Richard berkomitmen searah dengan kebijakan pemerintah Indonesia untuk melakukan hilirisasi industri di dalam negeri. Maka dari itu, pembangunan Smelter di Gresik merupakan jawaban atas komitmen tersebut.
ADVERTISEMENT
"Dengan kebijakan pemerintah untuk memproses hilirisasi dalam negeri, kami berkomitmen untuk membangun Smelter. Kami bangun Smelter di Gresik. Ini akan menjadi single line smelter terbesar di dunia. Dengan nilai investasi sekitar USD 3 juta (setara Rp 45,537 triliun di kurs Rp 15.179)," pungkasnya.