Hak Penamaan Stasiun Jadi Penyumbang Pemasukan Nontiket Terbesar MRT Jakarta

8 Oktober 2024 19:01 WIB
·
waktu baca 2 menit
comment
0
sosmed-whatsapp-white
copy-link-circle
more-vertical
Peresmian nama Stasiun MRT Bundaran HI Bank DKI di Jakarta Pusat pada Selasa (8/10/2024).  Foto: Argya D. Maheswara/kumparan
zoom-in-whitePerbesar
Peresmian nama Stasiun MRT Bundaran HI Bank DKI di Jakarta Pusat pada Selasa (8/10/2024). Foto: Argya D. Maheswara/kumparan
ADVERTISEMENT
Hak penamaan stasiun Mass Rapid Transit (MRT) menjadi penyumbang pemasukan nonfarebox PT MRT Jakarta (Perseroda). Direktur Utama PT MRT Jakarta, Tuhiyat, mengungkapkan hak penamaan stasiun MRT atau naming rights menyumbang pemasukan nonfarebox atau nontiket yang terdiri dari kerja sama iklan di dalam dan luar stasiun, penamaan stasiun atau naming rights, ritel, kerja sama layanan telekomunikasi, dan tiket digital.
ADVERTISEMENT
“Saya kira dari 100 persen itu memang skala itu ada dari tiket kemudian ada dari nontiket, nontiket itu macam-macam ini di antara nontiket itu adalah yang tertinggi itu sampai 30-40 persen,” kata Tuhiyat saat meresmikan penamaan Stasiun MRT Bundaran HI Bank DKI di Jakarta Pusat pada Selasa (8/10).
Pendapatan nonfarebox MRT Jakarta pada 2023 mencapai Rp 358 miliar. Tuhiyat mengatakan setiap stasiun MRT memiliki harga yang berbeda untuk hak penamaan stasiun MRT.
“Setiap stasiun itu kan punya ridership masing-masing tentunya juga, dari ridership saja sudah berbeda kan tentunya juga ada perbedaan juga itu tergantung dari ridership-nya,” ujar Tuhiyat.
Tuhiyat menjelaskan PT MRT Jakarta merupakan pelopor bisnis hak penamaan stasiun di Indonesia yang saat ini juga disusul oleh PT TransJakarta lewat hak penamaan halte.
ADVERTISEMENT
“Nah, MRT Jakarta itu merupakan pionir di bisnis ini. Itu sejak awal kami melakukan bisnis ini, sejak MRT beroperasi pertama Maret 2019 silam,” terang Tuhiyat.
Penumpang antre di Stasiun MRT Bundaran HI, Jakarta, Rabu (22/6/2022). Foto: Akbar Nugroho Gumay/ANTARA FOTO
Dalam konteks penamaan Stasiun MRT Bundaran HI Bank DKI, Tuhiyat menyebut langkah ini merupakan sinergi antar Badan Usaha Milik Daerah (BUMD). Untuk itu, Bank DKI menjadi BUMD pertama yang masuk sebagai bekerja sama dalam hak penamaan stasiun.
“Nah, hari ini kita mencatat sejarah bahwa Bank DKI merupakan salah satu perusahaan BUMD pertama yang bekerja sama di bidang hak penamaan stasiun,” ungkap Tuhiyat.
Bank DKI memilih Stasiun MRT Bundaran HI karena stasiun tersebut merupakan stasiun paling ramai dengan total 400.000 penumpang per bulan. Bank DKI menganggap lokasi tersebut memiliki visibilitas marketing terbaik.
ADVERTISEMENT
“Ya tentunya ini untuk secara brand awareness strategy ini visibility yang paling baik untuk Bank DKI sebagaimana kita memilih Transjakarta di Senayan,” kata Direktur Utama Bank DKI, Agus Haryoto Widodo.