Hambatan UMKM di Indonesia: Modal Terbatas Hingga Sulit Mencari Pasar

29 Agustus 2017 13:28 WIB
comment
6
sosmed-whatsapp-white
copy-link-circle
more-vertical
Muliaman D Hadad, Dewan Komisaris OJK (Foto: Ela Nurlaela/kumparan)
zoom-in-whitePerbesar
Muliaman D Hadad, Dewan Komisaris OJK (Foto: Ela Nurlaela/kumparan)
ADVERTISEMENT
sosmed-whatsapp-green
kumparan Hadir di WhatsApp Channel
Follow
Sektor Usaha Mikro Kecil Menengah (UMKM) memegang peranan penting dalam membangun perekonomian Indonesia. Sektor ini juga dianggap sebagai cara yang efektif dalam pengentasan kemiskinan.
ADVERTISEMENT
Namun sayang, sektor UMKM di Indonesia masih memiliki banyak kendala. Salah satu hambatan yang paling mencolok adalah akses pembiayaan yang masih minim. Sehingga perlu adanya penanganan khusus agar mereka bisa lebih mudah mendapatkan pembiayaan.
"Terdapat beberapa hambatan lain yang saya kira juga sudah banyak menjadi perhatian kita, di antaranya adalah mayoritas UMKM saat ini adalah, usaha informal, sehingga kemudian akses keuangan mereka masih rendah. Kadang-kadang juga tidak memiliki agunan yang memadai untuk membuka akses keuangan kepada lembaga-lembaga keuangan," ungkap Ketua Umum Ikatan Sarjana Ekonomi Indonesia Muliaman D Hadad saat membuka seminar Forum Solusi Ekonomi Indonesia (FSEI) di Grand Studio Metro TV, Kedoya, Jakarta Barat, Selasa (29/8).
Muliaman mendata saat ini ada sekitar 54 juta pelaku UMKM di Indonesia. Dari jumlah itu, sebanyak 90 persen adalah usaha mikro sektor informal yang kesulitan mendapatkan akses modal. Keluhan lainnya adalah akses pasar yang cukup terbatas.
Produk UMKM binaan PT Javara (Foto: Kelik Wahyu/kumparan)
zoom-in-whitePerbesar
Produk UMKM binaan PT Javara (Foto: Kelik Wahyu/kumparan)
ADVERTISEMENT
"Kemudian juga hubungan antara UMKM dan industri, walaupun sudah berjalan cukup jauh seperti kita saksikan, namun kita menyepakati bahwa hubungan dan sinergi kolaborasi antara UMKM dengan industri masih perlu kita carikan format yang optimal," paparnya.
Peran UMKM di Indonesia juga masih cukup minim dengan persentase sekitar 6,3 persen. Jumlah ini jauh di bawah Malaysia yang mencapai 46,2 persen. Menurut Muliaman idealnya UMKM dapat menjadi pemasok bagi industri. Namun yang terjadi saat ini, kemitraan usaha kecil dengan industri besar di Indonesia relatif sangat rendah. Sehingga hal ini mendorong meningkatnya angka defisit neraca perdagangan Indonesia dari tahun ke tahun.
"Bila kita sandingkan kondisi UMKM kita dengan UMKM di ASEAN misalnya, kita masih relatif tertinggal," singgungnya.
ADVERTISEMENT
Oleh karena itu, Muliaman berharap Wakil Presiden Jusuf Kalla dapat memberikan perhatian yang cukup besar bagi UMKM di Indonesia. Pemerintah dapat membuat kebijakan yang memudahkan pelaku usaha UMKM di Indonesia berkembang dan melesat seperti negara-negara lainnya.
"Kita harap forum ini bisa bedah dan juga sekaligus mencari terobosan terutama bangun sinergi kolaborasi yang lebih dalam antara UMKM dengan industri besar," tutup Muliaman.