Tentang KamiPedoman Media SiberKetentuan & Kebijakan PrivasiPanduan KomunitasPeringkat PenulisCara Menulis di kumparanInformasi Kerja SamaBantuanIklanKarir
2024 © PT Dynamo Media Network
Version 1.89.0
ADVERTISEMENT
PT Blue Bird Tbk (BIRD) berharap perusahaan penyedia layanan transportasi taksi yang telah berizin diperbolehkan untuk beroperasi di seluruh bandara di Indonesia. Sebab tak semua bandara memperbolehkan taksi konvensional berizin untuk beroperasi di bandara.
ADVERTISEMENT
Direktur Utama Blue Bird , Noni Purnomo menyampaikan, bahwa layanan taksi perusahaannya tak bisa beroperasi di beberapa bandara, salah satunya Bandara Internasional I Gusti Ngurah Rai Bali. Dia berharap layanan taksi yang ada di bandara tidak dimonopoli oleh segelintir pihak saja.
“Yang paling penting airport itu gerbang untuk turis. Jadi seharusnya airport bisa membuka diri kepada turis itu agar mendapatkan layanan yang paling baik. Yang terbaik itu adalah asal jangan monopoli. Praktik monopoli itu menurut saya tidak baik,” kata Noni dalam perbincangan dengan program The CEO kumparan, di Kantor Pusat Blue Bird, Jakarta Selatan, Kamis (20/6).
Dia menambahkan, sebaiknya penyedia jasa taksi di bandara, khususnya Bali, terdiri dari banyak perusahaan yakni dikarenakan bandara merupakan gerbang Indonesia. Dengan adanya persaingan, otomatis antar perusahaan akan berlomba-lomba memberikan layanan terbaik. Adapun untuk Bali, jumlah wisatawan mancanegara (wisman) pada periode Januari-Mei 2019 tercatat mencapai 2,38 juta orang melalui Bandara I Gusti Ngurah Rai. Jumlah itu naik 2 persen dibandingkan periode yang sama pada tahun lalu. Wisman dari Bali, dicatat BPS menyumbang 36 persen dari total wisman yang datang ke Indonesia di 2019 selama periode itu.
ADVERTISEMENT
“Saya pikir sih kita meminta kepada regulator untuk membuka aja. Karena sebaik mungkin bisnis itu kan harus bisa terbuka, jadi istilahnya healthy competition. Itu yang sebenarnya kita minta kepada regulator untuk dibuka,” minta Noni.
Dia pun menjelaskan, pihaknya memiliki program penjualan eks-armada Blue Bird setelah 5 tahun dipakai beroperasi ke perusahaan taksi yang ada di daerah. Tujuannya yakni agar perusahaan taksi di daerah memiliki armada berkualitas untuk melayani masyarakat maupun turis.
“Itu bukan menjual taksi bekas kita, tapi kita bantu mereka juga untuk membeli taksi baru. Karena kalau sudah pakai brand Blue Bird, itu berarti kualitas harus bagus. Kenapa lebih baik membeli eks-Blue Bird? Karena setiap kendaraan itu ada medical record-nya. Karena bisa tahu mobil ini sudah pernah tabrakan apa enggak, mobil ini rewel apa enggak, terakhir diganti apa itu kami punya semua record-nya,” tegas Noni.
Selain Jabodetabek, menurut dia, Blue Bird juga beroperasi di 18 kota. Dia menyebut tantangan beroperasi di sejumlah daerah yakni tarif transportasi online yang begitu murah mempengaruhi bisnis perusahaannya. Untuk mempertahankan layanan di beberapa daerah, Noni mengungkapkan, Blue Bird harus memberikan subsidi.
ADVERTISEMENT
“Sekarang iya (ada daerah yang masih disubsidi agar tetap beroperasi), beberapa. Iya kalau daerah terutama, sangat sensitif terhadap harga. Nah itu sebenarnya itu challenge kita yang paling besar, kita kan penginnya pengemudi jangan mentalnya down,” ujarnya.
Adapun strategi yang diambil Blue Bird untuk mengatasi persoalan itu di beberapa daerah, yaitu dengan menggandeng sejumlah pihak seperti LinkAja untuk memberikan promosi. Selain itu, perusahaannya juga memperkenalkan fitur pembayaran baru, yaitu fixed tarif.
“Kemudian kita juga meluncurkan layanan baru yaitu fixed tarif, jadi penumpang itu mungkin sudah terbiasa dengan harga tidak melalui argo karena takut macet dan sebagainya, itu juga untuk daerah-daerah. Sehingga penumpang memiliki pilihan lagi, mau menggunakan argo aja atau fixed tarif. Tetap ada argo karena penumpang kadang ingin mampir ke sini ke sini, itu tidak bisa fixed tarif. Makanya tetap ada argo,” tegasnya.
ADVERTISEMENT