Tentang KamiPedoman Media SiberKetentuan & Kebijakan PrivasiPanduan KomunitasPeringkat PenulisCara Menulis di kumparanInformasi Kerja SamaBantuanIklanKarir
2025 © PT Dynamo Media Network
Version 1.103.0

ADVERTISEMENT
Pemilihan umum 2019 yang bakal digelar 17 April akan menetapkan presiden terpilih, yang menjadi harapan kalangan pengusaha kelapa sawit Indonesia. Mereka berharap, siapa pun yang menjadi presiden, harus lebih peduli pada nasib petani kelapa sawit.
ADVERTISEMENT
Ketua Umum Gabungan Pengusaha Kelapa Sawit Indonesia atau GAPKI, Joko Supriyono mengatakan, siapapun presiden yang bakal terpilih nantinya, perusahaan berharap kebijakan tentang sawit harus lebih baik lagi dari sekarang.
Menurut dia, baik Joko Widodo ataupun Prabowo Subianto, keduanya harus peduli pada isu sawit, termasuk nasib belasan juta petani sawit. Apalagi, saat ini sawit Indonesia sedang didiskriminasi di Uni Eropa yang bisa mengancam usaha petani di dalam negeri.
“Jadi tadi disampaikan bahwa kita juga enggak pernah kampanye dukung siapapun. Justru kita mengkampanyekan bisnis sawit kepada semua, bahwa industri ini begitu penting buat Indonesia. Siapapun pemimpinnya, harus mampu melihat realitas sehingga semua pemerintah pasti memperjuangkan ini demi kepentingan nasional,” kata Joko dalam konferensi pers RUPST 2018 PT Astra Agro Lestari Tbk (AALI), di Menara Astra, Jakarta, Senin (15/4).
Joko yang juga Wakil Presiden Direktur AALI menjelaskan, selain harus memastikan nasib 17 juta petani sawit dalam negeri, presiden terpilih nanti memang harus memperjuangkan sawit RI di luar negeri. Sebab, setoran negara dari sawit cukup besar.
ADVERTISEMENT
Indonesia menjadi produsen minyak sawit terbesar di dunia. Mayoritas sawit dan turunannya diekspor ke berbagai negara di dunia.
Hal yang sama juga diungkapkan Direktur Utama AALI, Santosa. Menurut dia, pada dasarnya perusahaan tidak mempersoalkan siapapun presiden yang terpilih. Terpenting, keberpihakan pemerintah terhadap industri sawit nasional harus besar.
Santosa melihat, pada era pemerintahan Joko Widodo dan Jusuf Kalla, sudah peduli dengan isu sawit. Kata dia, dalam tiga tahun bekalangan, pemerintah juga sangat perhatian terhadap isu diskriminasi Uni Eropa pada ekspor sawit RI.
“Kalau yang sekarang (Jokowi-JK) kan kita merasa 3 tahun belakangan ini luar biasa support-nya karena saya 2007 sudah di Astra Agro. Enggak ada menteri luar negeri atau menko ekonomi untuk kelapa sawit, sampai di ujung tombak di depan menentang diskriminasi dan memperjuangkan petani kelapa sawit,” ucapnya.
ADVERTISEMENT
Karena itu, dia berharap, baik Jokowi ataupun Prabowo yang terpilih untuk memimpin Indonesia selama 5 tahun ke depan, kebijakan mereka harus mendukung sawit nasional.
Di sisi lain, Santosa juga menyadari para pelaku pasar nasional, juga harus serius menyelesaikan masalah lingkungan yang disebabkan dari produksi kelapa sawit. Salah satunya adalah dengan menjalankan roda bisnis ini sesuai dengan sertifikat dan standar yang diatur dalam ISPO.
“Kalau pemerintahnya yang sekarang tetap memimpin, mestinya tidak akan menurun (perhatiannya) . Dan yang baru, kita berharap kalau ada pergantian, semoga komitmennya tetap sama atau malah lebih baik,” tutur dia.