Harga Bahan Baku Melonjak, Laba Garudafood Tergerus 20 Persen

12 Juli 2022 18:04 WIB
·
waktu baca 2 menit
comment
0
sosmed-whatsapp-white
copy-link-circle
more-vertical
Produk PT Garudafood Putra Putri Jaya Tbk (GOOD). Foto: Selfy Sandra Momongan/kumparan
zoom-in-whitePerbesar
Produk PT Garudafood Putra Putri Jaya Tbk (GOOD). Foto: Selfy Sandra Momongan/kumparan
ADVERTISEMENT
PT Garudafood Putra Putri Jaya Tbk (GOOD) mengaku terdampak atas kenaikan harga beberapa komoditas bahan baku yang terjadi saat ini. Perusahaan milik Taipan, Sudhamek ini pun mengaku hal tersebut turut menggerus profit perusahan hingga 20 persen.
ADVERTISEMENT
Head of Corporate Communication and Relations Garudafood Dian Astriana mengatakan, pihaknya pun kini harus berusaha keras menyiasati hal tersebut.
“Kenaikan harga bahan baku menggerus profit sekitar 20 persen. Sebagai pelaku ekspor kami terus berusaha keras dan menyiasatinya dengan melakukan berbagai strategi dan mitigasi untuk dapat bertahan dan bertumbuh di market luar melawan para kompetitor, jelas dia saat dihubungi kumparan, Selasa (12/7).
Terapkan Penyesuaian Harga di Bawah 10 Persen
Adapun salah satu langkah yang diambil Garudafood untuk menjaga margin profitabilitasnya adalah dengan menerapkan penyesuaian harga. Dian mengatakan Perseroan sangat berhati-hati dalam mengeluarkan kebijakan penerapan kenaikan harga.
Kenaikan harga dilakukan secara bertahap untuk beberapa produk tertentu di bawah 10 persen. “Kenaikan harga produk baik di kategori biskuit, snack, confectionery dan dairy agar tidak terlalu membebankan konsumen yang ikut terdampak kenaikan inflasi,” katanya.
ADVERTISEMENT
Terhitung pada kuartal I 2022, laba bersih Garudafood yang diatribusikan kepada pemilik entitas induk turun sebesar 24 persen dari periode yang sama tahun lalu menjadi Rp 93,16 miliar. Padahal di kuartal I 2021, perseroan berhasil mencatatkan laba Rp 122,73 miliar.
Penurunan ini utamanya dipengaruhi oleh kenaikan harga beberapa komoditas bahan baku serta bahan kemas sebagai dampak kondisi pandemi yang panjang yang memicu kelangkaan kontainer, tingginya freight cost dan kelangkaan bahan baku.
Hal tersebut semakin diperburuk dengan krisis Rusia dan Ukraina yang menimbulkan multiplier effects yang sangat luas