Tentang KamiPedoman Media SiberKetentuan & Kebijakan PrivasiPanduan KomunitasPeringkat PenulisCara Menulis di kumparanInformasi Kerja SamaBantuanIklanKarir
2025 ยฉ PT Dynamo Media Network
Version 1.98.1
Harga Batu Bara Anjlok, Pengusaha RI Was-was Harus Efisiensi Produksi
16 Februari 2025 19:01 WIB
ยท
waktu baca 3 menit
ADVERTISEMENT
Harga batu bara dunia semakin anjlok sepanjang Februari 2025. Tren penurunan yang sudah terjadi sejak akhir tahun 2024 ini, tidak kunjung mengalami perbaikan.
ADVERTISEMENT
Berdasarkan data Tradingeconomics.com, harga batu bara Newcastle pada penutupan perdagangan Jumat (13/2) berada di USD 104.75 per ton, terendah sejak kurang lebih 4 tahun alias Mei 2021. Selama sebulan ke belakang, harga batu bara sudah anjlok 9,62 persen.
Plt Direktur Eksekutif Asosiasi Pertambangan Batubara Indonesia (APBI), Gita Mahyarani, mengatakan salah satu sentimen terbesar terhadap harga batu bara saat ini adalah peningkatan persediaan di negara konsumen terbesar.
"China maupun India meningkatkan pasokan batu bara domestik mereka. Selain itu, masih tersedianya stok di beberapa negara. Sebenarnya penurunan terjadi sejak akhir tahun lalu," katanya saat dihubungi kumparan, Minggu (16/2).
Gita melanjutkan, jika kondisi harga batu bara semakin buruk, maka pengusaha batu bara di Indonesia harus membuat langkah strategis jika ingin bisnisnya tetap aman, salah satunya dengan efisiensi operasional.
ADVERTISEMENT
"Mau tidak mau jika kondisi ini terus berlanjut maka harus fokus pada efisiensi operasional untuk mengurangi biaya produksi dan menjaga profitabilitas," ungkapnya.
Meski demikian, Gita mengaku anggota APBI saat ini masih beroperasi seperti biasa dan belum ada efisiensi apa pun. Namun dia menilai, kondisi operasional tidak bisa disamaratakan kepada seluruh pengusaha, karena dampaknya akan beragam.
Terlebih masih ada tantangan lain yang dihadapi penambang batu bara Indonesia, seperti kenaikan harga biodiesel yang cukup signifikan di awal tahun ini. Sebab, para penambang diwajibkan mengikuti mandatory biodiesel 40 persen (B40) untuk kendaraan dan alat beratnya.
Hal ini, menurut Gita, mengakibatkan tekanan yang lebih besar pada biaya operasional pertambangan yang sudah sangat terpukul oleh penurunan harga komoditas.
ADVERTISEMENT
"Ada kewajiban bagi pelaku industri, termasuk batu bara, menggunakan B40 yang harganya meningkat. Ditambah biaya perawatan alat berat yang beroperasi di tambang pun meningkat. Kenaikan biaya operasional ini harus dihadapi di tengah harga yang terus turun," jelas Gita.
Dengan demikian, Gita berharap harga batu bara di pasar internasional semakin pulih. APBI, kata dia, masih menghitung prediksi harga di sepanjang tahun 2025, namun untuk sementara ini diperkirakan akan tetap stagnan.
"Masih harus hitung lagi, hanya saja mungkin cukup stagnan," pungkas Gita.
Adapun harga batu bara di Indonesia selama ini mengacu pada beberapa indeks, salah satunya yakni Indonesia Coal Index (ICI). Setiap bulan, Kementerian ESDM menetapkan Harga Batubara Acuan (HBA) sebagai tolok ukur untuk menentukan tarif royalti dan harga jual batu bara.
ADVERTISEMENT
Kementerian ESDM mencatat total produksi batu bara pada tahun 2024 sebanyak 836 juta ton. Angka ini melebihi target, yakni sebesar 117 persen dari 710 juta ton. Sebanyak 233 juta ton sudah disalurkan ke pangsa industri domestik (DMO) dan 48 juta ton untuk stok batu bara domestik.
Sementara itu, Indonesia mengekspor 555 juta ton batu bara sepanjang 2024 atau setara dengan sekitar 33-35 persen dari total konsumsi dunia. Total pemakaian batu bara dunia saat ini mencapai 8-8,5 miliar ton, namun yang beredar di pasar itu kurang lebih sekitar 1,25 hingga 1,5 miliar ton batu bara.