Tentang KamiPedoman Media SiberKetentuan & Kebijakan PrivasiPanduan KomunitasPeringkat PenulisCara Menulis di kumparanInformasi Kerja SamaBantuanIklanKarir
2025 ยฉ PT Dynamo Media Network
Version 1.103.0
Harga Batu Bara Kian Lesu Imbas Kenaikan Produksi China dan India
3 Juni 2023 14:31 WIB
ยท
waktu baca 3 menit
ADVERTISEMENT
Harga komoditas batu bara global mengalami tren penurunan selama semester I 2023. Pada akhir pekan ini, Jumat (2/6), harga batu bara menurut bursa ICE Newcastle untuk kontrak Juli 2023 ditutup di harga USD 134.15 per ton.
ADVERTISEMENT
Kondisi ini berbeda dari akhir Desember 2022 lalu, di mana harga batu bara masih menembus level USD 300 per ton. Memasuki Januari 2023, harga komoditas ini terpantau terus melemah hingga kini.
Direktur Eksekutif Asosiasi Pertambangan Batubara Indonesia (APBI), Hendra Sinadia, menjelaskan penyebab melemahnya harga batu bara di paruh awal 2023 disebabkan permintaan yang turun diiringi kenaikan produksi negara importir.
"Harga batu bara turun lebih dalam umumnya akibat permintaan yang lemah diiringi kenaikan produksi negara importir utama seperti Tiongkok dan India," jelasnya saat dihubungi kumparan, Sabtu (3/6).
Hendra melanjutkan, permintaan batu bara thermal di Asia saat ini sedang lesu karena produksi dalam negeri yang melimpah dan suhu yang lebih rendah dari perkiraan di negara 4 musim.
ADVERTISEMENT
"Permintaan batu bara sifatnya adalah musiman terutama mendekati musim dingin. Di luar itu, harga minyak yang saat ini relatif stabil, sehingga membuat energi kotor seperti batubara kurang diminati," lanjut dia.
Selain itu, faktor penguatan dolar AS juga turut menekan harga batu bara. Pada umumnya, kata Hendra, harga komoditas menggunakan dolar AS sehingga ketika dolar AS menguat otomatis harga relatif lebih mahal bagi pembeli yang akan menukarkan mata uang mereka ke dolar AS.
"Di sisi supply, produksi negara eksportir seperti Indonesia dan Australia juga relatif tinggi antara lain karena cuaca yang akan memasuki periode La Nina," tutur Hendra.
Meski demikian, Hendra menilai penurunan harga batu bara saat ini masih lebih baik jika dibandingkan rerata harga batu bara di tahun 2020 atau saat pandemi COVID-19, yaitu USD 58 per ton.
Efek Terhadap Perusahaan Domestik
ADVERTISEMENT
Hendra menuturkan, jika tren penurunan harga batu bara semakin berlanjut maka banyak perusahaan yang akan kesulitan untuk bertahan, apalagi ditambah dengan beban operasional yang semakin meningkat.
"Kenaikan harga BBM juga membebani perusahaan. Sementara kewajiban keuangan dan perpajakan juga semakin meningkat sejak pemerintah menaikkan tarif royalti bagi pemegang IUPK-KOP (kelanjutan operasi produksi) atau eks-PKP2B dan pemegang IUP yang berlaku di 2022," kata dia.
Beban perusahaan, lanjut Hendra, juga akan semakin berat jika pemerintah menerapkan skema Mitra Instansi Pengelola (MIP) batu bara, di mana perusahaan akan dikenakan tarif iuran, PPN, dan dikabarkan royalti akan diterapkan terhadap transaksi pungut salur dana kompensasi batu bara.
"Selain itu, rencana Pemerintah yang akan mewajibkan 30 persen dari Dana Hasil Ekspor Sumber Daya Alam diparkir di bank nasional minimal 3 bulan akan membebani arus kas perusahaan," pungkas Hendra.
ADVERTISEMENT