Harga Batu Bara Melonjak: Pengusaha Happy vs Pemerintah Bakal Pusing

8 Oktober 2021 8:40 WIB
·
waktu baca 2 menit
comment
0
sosmed-whatsapp-white
copy-link-circle
more-vertical
Ilustrasi kapal tongkang membawa batu bara di sungai Mahakam. Foto: Aditia Noviansyah/kumparan
zoom-in-whitePerbesar
Ilustrasi kapal tongkang membawa batu bara di sungai Mahakam. Foto: Aditia Noviansyah/kumparan
ADVERTISEMENT
Harga batu bara mencapai rekor tertinggi hingga USD 240 per metrik ton. Sejak akhir September lalu, harga batu bara telah menembus level USD 200 per metrik ton.
ADVERTISEMENT
Dalam 3 bulan terakhir, harga batu bara mengalami kenaikan sebesar 30 persen. Sementara dalam satu tahun, harga batu bara meningkat hingga 200 persen.
Kondisi ini tentu disambut baik oleh pengusaha. Namun, bagi pemerintah kenaikan ini perlu diwaspadai. Pasalnya kenaikan harga batu bara berdampak pada PLN, yang akhirnya akan berimbas pada tarif listrik untuk masyarakat.

Kenapa Harga Batu Bara Naik?

Faktor utama yang mendorong kenaikan harga batu bara adalah tingginya permintaan China yang tengah memperketat pasokan batu bara dalam rangka mencapai standar emisi dan netralitas karbon pada 2060.
Faktor lain yakni meningkatnya permintaan batu bara dari Korea Selatan dan kawasan Eropa. Ini seiring tingginya harga gas alam yang membuat banyak negara, termasuk di Eropa, berpaling pada batu bara.
ADVERTISEMENT
Sementara Mantan Wakil Menteri ESDM Arcandra Tahar menilai, harapan terkendalinya pandemi COVID-19 di tahun 2021 menimbulkan optimisme para pelaku ekonomi untuk mulai berinvestasi dan beraktivitas. Hal ini mengakibatkan kebutuhan energi menjadi lebih tinggi.
Pembangkit Listrik Tenaga Uap (PLTU) milik PLN. Foto: PLN

Pemerintah Bakal Pusing

Meski harga batu bara naik menjadi USD 240 per metrik ton, namun harga batu bara khusus untuk alokasi di dalam negeri (Domestic Market Obligation/DMO) masih tetap USD 70 per ton sejak 2018 lalu. Selisih harga pasar dan DMO tentu sangat jauh.
Dampaknya, produsen batu bara lebih memilih untuk mengekspor batu bara ketimbang memasok ke PLN. Stok batu bara untuk pembangkit-pembangkit listrik pun menipis. Idealnya PLN memiliki stok batu bara sebanyak 14 hari untuk PLTU.
Menteri Koordinator (Menko) Bidang Perekonomian RI, Airlangga Hartarto. Foto: YouTube/Sinar Mas/kumparan
Menko Perekonomian Airlangga Hartarto meminta agar harga tidak terlalu mahal. Pasalnya akan berdampak pada harga listrik dan subsidi listrik untuk masyarakat.
ADVERTISEMENT
"Karena kalau terlalu tinggi juga industri dalam negeri kesulitan untuk memperoleh energi karena terlalu mahal. Ini kita harus mendorong keseimbangan antar sektor," kata Airlangga di Istana Kepresidenan Jakarta, Kamis (7/10).

Pengusaha Ingin Harga Ikuti Pasar

Naiknya harga batu bara tentu menjadi angin segar bagi pengusaha. Namun untuk pasokan DMO, harga batu bara memang tetap di angka USD 70 per metrik ton, meski di pasaran harganya sudah mencapai USD 240 per metrik ton.
Direktur Eksekutif Asosiasi Pertambangan Batubara Indonesia (APBI) Hendra Sinadia mengatakan, sejak 3 tahun lalu pihaknya telah mengutarakan keinginan agar harga batu bara DMO juga mengikuti harga pasar. Namun saat ini APBI belum mengajukan usul ke pemerintah.