Tentang KamiPedoman Media SiberKetentuan & Kebijakan PrivasiPanduan KomunitasPeringkat PenulisCara Menulis di kumparanInformasi Kerja SamaBantuanIklanKarir
2025 ยฉ PT Dynamo Media Network
Version 1.100.2
13 Ramadhan 1446 HKamis, 13 Maret 2025
Jakarta
imsak04:10
subuh04:25
terbit05:30
dzuhur11:30
ashar14:45
maghrib17:30
isya18:45
Harga Batu Bara-Minyak Ambruk, Cuma CPO yang Jadi Kabar Baik untuk Ekonomi RI
13 Maret 2025 19:18 WIB
ยท
waktu baca 2 menit
ADVERTISEMENT
Sejumlah harga komoditas andalan Indonesia ambruk, mulai dari batu bara, nikel, hingga harga minyak mentah. Tren ini terjadi sejak 2023, saat pandemi COVID-19 mulai perlahan mereda hingga saat ini karena berbagai faktor, seperti perang Ukraina-Rusia hingga perang dagang Presiden AS Donald Trump ke banyak negara.
ADVERTISEMENT
Menteri Keuangan Sri Mulyani mengatakan penurunan paling dalam terjadi pada komoditas batu bara. Pada 2022, harga emas hitam ini pernah tembus di atas USD 400 per metrik ton, tapi mulai 2023 merosot hingga saat ini di bawah USD 200 per metrik ton.
"Dan koreksi ini terus berlangsung sampai sekarang. Jadi kalau kita lihat year on year harga coal (batu bara) yang sudah terkoreksi turun dari 2023. Secara year on year dibandingkan tahun 2024 yang sudah rendah itu masih turun 12,6 persen," terangnya dalam konferensi pers APBN KiTa di Gedung Kementerian Keuanga, Jakarta, Kamis (13/3).
Hal yang sama terjadi pada minyak mentah Brent. Saat pandemi COVID-19 merebak, komoditas ini pernah menyentuh level di atas USD 100 per barel pada 2022. Tapi kini merosot ke USD 69,3 per barel atau merosot 5,9 persen di bawah tahun lalu.
ADVERTISEMENT
Sementara secara year to date (YTD) 2023, dari Januari ke Februari 2025, harga minyak Brent sudah turun 7,2 persen dan secara bulanan 8,7 persen.
"Harga minyak ini pekanannya luar biasa karena tadi disrupsi dan ketidakpastian karena perang dagang. Pasti akan menimbulkan perlemahan ekonomi di negara-negara terutama negara maju yang sedang memicu perang itu. Dan ini berarti akan menyebabkan harga minyak mengalami pekanan," katanya.
Meski begitu, ada satu komoditas yang masih menjadi harapan Sri Mulyani dari sisi ekspor yaitu minyak sawit (crude palm oil/CPO). Saat ini harganya terus membaik di posisi USD 1.095 per ton, meningkat 27,8 persen secara tahunan.
"Meskipun secara year to date-nya sedikit tipis turun 0,5 persen tapi year on year itu harga CPO yang sekarang mencapai di atas seribu itu adalah hal yang positif untuk perekonomian kita. Month to month pun masih naik 2,1 persen," jelasnya.
ADVERTISEMENT