Tentang KamiPedoman Media SiberKetentuan & Kebijakan PrivasiPanduan KomunitasPeringkat PenulisCara Menulis di kumparanInformasi Kerja SamaBantuanIklanKarir
2024 © PT Dynamo Media Network
Version 1.89.0
Harga Bawang Putih Terus Melonjak Jelang Lebaran, Stok Mayoritas Impor
1 April 2024 14:09 WIB
·
waktu baca 2 menitADVERTISEMENT
Harga bawang putih terus melonjak menjelang Lebaran 2024. Berdasarkan panel harga pangan Badan Pangan Nasional, Senin (1/4), harga bawang putih bonggol secara rata-rata nasional dibandrol dengan harga Rp 41.700 per kilogram, naik Rp 50 atau 0,12 persen.
ADVERTISEMENT
Kepala Badan Pangan Nasional (Bapanas) Arief Prasetyo Adi mengatakan, harga bawang putih yang terus meningkat ini dipengaruhi oleh harga internasional dan nilai tukar rupiah.
"Namanya bawang putih itu kita ketergantungan dari luar. Kalau ketergantungan dari luar itu ada dua (risikonya), pertama adalah harga dari country origin yang kedua adalah currency rate," ujarnya dalam acara Apel Siaga Pengamanan Pasokan dan Harga Pangan Jelang Idul Fitri 2024, di Jakarta, Senin (1/4).
"Hari ini kalau kita cek Rp 15.800 per USD jangan disamain dengan harga tahun lalu yang currency-nya Rp 13.000 per USD atau Rp 14.000 per USD. Sebelumnya ini harus kita pahami semuanya ke publik karena barang-barang impor akan pasti begitu," tambahnya.
ADVERTISEMENT
Meski demikian, Arief akan mendorong produksi bawang putih di dalam negeri. Salah satunya dengan menggandeng Menteri Perdagangan (Mendag) dan Menteri Pertanian.
"Oleh karena itu saya diskusi dengan Pak mendag, Pak Mentan supaya kita dorong produksi ini ada di dalam negeri tiap ekonominya digeser ke Indonesia. Jangan kita bangga dengan importasi, importasi itu hanya pemenuhan kebutuhan sambil kita menunggu," ungkapnya.
Sementara itu, Menteri Perdagangan (Mendag) Zulkifli Hasan mengatakan, melonjaknya bawang putih ini dipengaruhi oleh banyaknya permintaan dari masyarakat, sementara harga belinya sudah tinggi.
"Impor bawang putih, tidak ada masalah saya sudah mengeluarkan izin 300.000 ton, lebih dari cukup. Mungkin butuhnya banyak, kebutuhannya atau harga belinya tinggi. Tetapi yang kita sudah keluarkan 300.000 ton lebih dari separuh kebutuhan 600.000 ton ini baru bulan Maret," ungkapnya.
ADVERTISEMENT
Live Update