Harga BBM dan Tarif Ojol Mahal Jadi Biang Kerok Inflasi di September Cetak Rekor

4 Oktober 2022 6:56 WIB
·
waktu baca 2 menit
comment
0
sosmed-whatsapp-white
copy-link-circle
more-vertical
Aksi demo tolak BBM yang dilakukan ojek online di kantor Gubernur Sumut, Selasa (13/9/2022). Foto: Rahmat Utomo/kumparan
zoom-in-whitePerbesar
Aksi demo tolak BBM yang dilakukan ojek online di kantor Gubernur Sumut, Selasa (13/9/2022). Foto: Rahmat Utomo/kumparan
ADVERTISEMENT
Harga BBM serta tarif ojek online (Ojol) yang juga merangkak naik menjadi pemicu tingginya inflasi di September 2022. Bahkan, angka tersebut mencetak rekor sebagai inflasi tertinggi sejak Desember 2014.
ADVERTISEMENT
Adapun laju inflasi selama September 2022 mencapai 1,17 persen secara bulanan (month to month/mtm) dan 5,95 persen secara tahunan (year on year/yoy). Angka ini naik hampir enam kali lipatnya dibandingkan periode bulan sebelumnya yang hanya -0,21 persen (mtm).
"Berdasarkan hasil pemantauan BPS pada 90 kota pada September 2022 terjadi inflasi sebesar 1,17 persen atau terjadi kenaikan indeks harga konsumen (IHK) dari 111.57 pada Agustus 2022 menjadi 112,87 pada September 2022," ujar Kepala Badan Pusat Statistik (BPS) Margo Yuwono saat konferensi pers di Gedung BPS, Jakarta, Senin (3/10).
Angka inflasi selama bulan lalu berhasil mencetak rekor tertinggi sepanjang tahun ini, baik secara bulanan maupun tahunan. Tidak hanya itu, laju inflasi September 2022 merupakan yang tertinggi sejak Desember 2014.
ADVERTISEMENT
"Inflasi September 2022 yang sebesar 1,17 persen (mtm) ini merupakan yang tertinggi sejak Desember 2014, di mana saat itu terjadi inflasi sebesar 2,46 persen sebagai akibat harga BBM pada bulan November 2014," kata dia.
Menurut Margo, komoditas penyumbang inflasi September 2022 berasal dari kenaikan harga BBM, tarif angkutan dalam kota, beras, solar, tarif angkutan antar kota, tarif ojol dan juga bahan bakar rumah tangga. Adapun inflasi tertinggi terjadi di Bukittinggi sebesar 1,87 persen (mtm) dan inflasi terendah terjadi di Merauke 0,07 persen (mtm).
Di sisi lain, Sekretaris Jenderal Pedagang Pasar Seluruh Indonesia (APPSI) Mujiburrohman mengatakan, laju inflasi yang terus meningkat tersebut dikhawatirkan membuat konsumen di pasar tradisional kabur karena harga komoditas pangan yang makin mahal.
ADVERTISEMENT
"Jumlah pengunjung atau konsumen pasar tradisional masih belum pulih sepenuhnya. Kondisi ini terjadi akibat tidak stabilnya harga-harga barang di pasar, termasuk juga dampak dari kenaikan harga BBM yang belum lama ini ditetapkan," ujar dia dalam keterangannya, Senin (3/10).
Menurut Mujiburrohman, kendala yang dihadapi pedagang pasar ini telah dialami selama satu tahun terakhir. Menurutnya, bahkan jauh sebelum kenaikan harga BBM terjadi, keadaan pasar sudah memprihatinkan.
"Pandemi sudah mereda, tapi kedatangan pengunjung ke pasar masih belum membaik juga. Sekarang pasar sudah sepi mulai dari jam 14.00 WIB, padahal masih banyak barang yang belum habis terjual," jelasnya.