Harga Beras Bakal Naik Imbas India dan Vietnam Batasi Ekspor, RI Harus Apa?

23 Juli 2023 18:05 WIB
·
waktu baca 3 menit
comment
1
sosmed-whatsapp-white
copy-link-circle
more-vertical
Buruh pelabuhan menurunkan sejumlah karung beras impor dari Vietnam dari atas kapal di Pelabuhan Multiguna, Tenau Kupang, NTT, Sabtu (20/5/2023). Foto: ANTARA FOTO/Kornelis Kaha
zoom-in-whitePerbesar
Buruh pelabuhan menurunkan sejumlah karung beras impor dari Vietnam dari atas kapal di Pelabuhan Multiguna, Tenau Kupang, NTT, Sabtu (20/5/2023). Foto: ANTARA FOTO/Kornelis Kaha
ADVERTISEMENT
sosmed-whatsapp-green
kumparan Hadir di WhatsApp Channel
Follow
Eksportir beras utama dunia, India, resmi menghentikan ekspor beras non-basmati mulai 20 Juli 2023. Disusul oleh Vietnam, eksportir beras terbesar ketiga, yang juga akan membatasi ekspor berasnya.
ADVERTISEMENT
Pengamat Pertanian Asosiasi Ekonomi Politik Indonesia (AEPI), Khudori, menuturkan India memang semakin memperketat ekspor beras sejak pandemi COVID-19. Rangkaian kebijakan ini tentu akan berdampak kepada pasar beras dunia.
"Jika Vietnam memberlakukan hal serupa, harga kemungkinan akan terkerek naik. Untungnya, seperti dituturkan Menteri Perdagangan Zulkifli Hasan, Indonesia sudah menjalin kontrak beli 1 juta ton beras dengan India," ujarnya kepada kumparan, Minggu (23/7).
Khudori menuturkan, beras itu akan dikirim bila Indonesia benar-benar membutuhkan. Hal ini sebagai antisipasi jika El Nino berdampak besar kepada hasil panen petani domestik. Di luar itu, pemerintah sudah menugaskan Bulog mengimpor 2 juta ton beras hingga akhir tahun.
Namun, menurut dia, Indonesia tidak mudah mengimpor beras sejak tahun 2022. Jika peluang impor dari India dan Vietnam terbatas, maka negara tujuan impor yang tersisa adalah Thailand.
ADVERTISEMENT
"Ada juga Pakistan atau dari AS meski volumenya kecil. Restriksi ekspor itu seperti penyakit menular alias mudah diikuti negara lain," jelas Khudori.
Koordinator Nasional Koalisi Rakyat Untuk Kedaulatan Pangan (KRKP), Said Abdullah, mengatakan situasi El Nino dan belum stabilnya situasi pangan global, memaksa semua negara berusaha menyelamatkan ketahanan pangan masing-masing, tidak terkecuali Indonesia.
"Persoalannya berkurangnya volume ekspor suatu komoditas sudah tentu akan mempengaruhi stabilitas pangan global. Implikasinya tentu kenaikan harga," ungkapnya.
Said menuturkan, Indonesia berada pada posisi yang tidak menguntungkan jika harga beras internasional naik sebab masih menjadi salah satu negara importir pangan. Khusus beras, Indonesia bergantung kepada pasokan Thailand, Vietnam, dan India.
"Pengurangan volume ekspor negara produsen bisa menimbulkan persoalan bagi stabilitas pangan kita. Jika produksi dalam negeri terjadi penurunan," tuturnya.
ADVERTISEMENT
Dia menyebutkan, beberapa langkah antisipasi yang perlu disiapkan pemerintah yakni pertama memastikan produksi di dalam negeri ajeg. "Sebagai antisipasi perlu juga disiapkan alternatif mendapatkan beras selain dari dua negara tersebut. Tapi harusnya ini juga jadi pilihan terakhir," pungkas Said.
Dilansir Channel News Asia, Sabtu (22/7), Vietnam meminta asosiasi pangan negara tersebut untuk memastikan pasokan beras cukup dan ketahanan pangan aman, sebagai respons India yang menghentikan ekspor beras.
India menyumbang 40 persen dari ekspor beras dunia. Pada Kamis (20/7), India memerintahkan penghentian ekspor kategori beras terbesarnya, non-basmati, setelah harga eceran naik 3 persen dalam sebulan. Kenaikan harga ini disebabkan hujan lebat yang menyebabkan kerusakan signifikan terhadap tanaman.
Kementerian Perindustrian dan Perdagangan Vietnam meminta asosiasi, yang mewakili pengekspor dan pengolah beras, untuk memerintahkan anggotanya untuk secara ketat mengikuti aturan menjaga cadangan beras, setidaknya 5 persen dari volume ekspor mereka dalam enam bulan sebelumnya.
ADVERTISEMENT