Harga Bitcoin Merosot Usai Pemegang Jangka Panjang Lepas Aset Senilai Rp 752 T
6 November 2025 10:10 WIB
·
waktu baca 3 menit
Harga Bitcoin Merosot Usai Pemegang Jangka Panjang Lepas Aset Senilai Rp 752 T
Harga bitcoin merosot setelah pemegang aset tersebut ada yang melepasnya senilai Rp 752 triliun.kumparanBISNIS

ADVERTISEMENT
ADVERTISEMENT
Mengutip Bloomberg, mata kripto pertama di dunia itu anjlok hingga 7,4 persen pada Selasa (4/11), sempat turun di bawah level USD 100.000 untuk pertama kalinya sejak Juni. Nilainya kini merosot lebih dari 20 persen dari rekor tertinggi yang dicapai sebulan lalu.
Meski begitu, pada Rabu (5/11) pagi waktu New York, Bitcoin sempat naik tipis 1,7 persen, sementara sebagian trader opsi mulai bertaruh pada potensi penurunan lebih lanjut. Jika penurunan pada Oktober lalu disebabkan oleh aksi jual paksa, penurunan kali ini tampaknya mencerminkan sesuatu yang lebih mendasar, keyakinan yang mulai luntur.
Menurut Kepala 10x Research, Markus Thielen, pemegang Bitcoin jangka panjang telah melepas sekitar 400.000 Bitcoin selama sebulan terakhir senilai USD 45 miliar atau sekitar Rp 752 triliun (kurs Rp 16.717), sehingga membuat pasar menjadi tidak seimbang.
ADVERTISEMENT
“Lebih dari 319.000 Bitcoin kembali aktif dalam sebulan terakhir, sebagian besar berasal dari koin yang telah disimpan selama enam hingga dua belas bulan, menunjukkan adanya aksi ambil untung besar-besaran sejak pertengahan Juli. Meskipun sebagian aktivitas itu berasal dari transfer internal, sebagian besar mencerminkan penjualan nyata,” ujar Kepala Riset di K33, Vetle Lunde.
Berbeda dengan kejatuhan mendadak yang memicu penurunan besar pada Oktober, kali ini pelemahan lebih disebabkan oleh tekanan jual yang terus-menerus di pasar spot. Hal tersebut menandai pergeseran dari pola yang biasa dilihat para trader kripto belakangan ini, di mana lonjakan volatilitas biasanya terjadi karena likuidasi besar-besaran di pasar berjangka.
Menurut CoinGlass, sekitar USD 2 miliar posisi kripto telah dilikuidasi dalam 24 jam terakhir. Hal tersebut relatif kecil dibandingkan USD 19 miliar aksi jual paksa yang terjadi selama crash bulan September. Minat terbuka di kontrak berjangka Bitcoin juga tetap lemah, sementara para trader opsi mulai memasang taruhan penurunan melalui kontrak put yang menargetkan level USD 80.000.
ADVERTISEMENT
Dengan posisi leverage yang masih terbatas, perhatian kini beralih pada para pemegang lama yang mulai menjual. Menurut Markus, ketidakseimbangan yang semakin besar antara penjualan dari pemegang lama dan pembeli baru yang masuk kini mulai memengaruhi arah pasar, bukan hanya sentimen.
Awal tahun 2025, Markus mencatat bahwa para “mega whale”, yaitu entitas yang memegang antara 1.000 hingga 10.000 Bitcoin mulai melepas kepemilikan besar-besaran, bahkan ketika investor institusional berusaha menyerap pasokan tersebut. Hal itu turut menjelaskan pergerakan Bitcoin yang cenderung datar sepanjang musim panas.
Namun sejak kejatuhan 10 Oktober lalu, permintaan yang lebih luas mulai menghilang. “Beberapa indikator on-chain telah ditembus, banyak orang kini merugi dan harus menutup posisi mereka,” ujar Markus.
ADVERTISEMENT
Secara keseluruhan, akumulasi dari pihak yang memegang antara 100 hingga 1.000 Bitcoin turun tajam. “Para whale tidak lagi membeli,” katanya.
Ke depan, Markus memperingatkan bahwa fase pelepasan ini bisa berlangsung hingga musim semi tahun depan. Pada periode pasar bearish 2021–2022, lebih dari satu juta Bitcoin dijual oleh pemegang besar dalam kurun hampir satu tahun, skala yang menurutnya bisa terulang kembali.
“Jika laju ini serupa, kondisi ini bisa berlanjut selama enam bulan ke depan,” tutur Markus.
Meski tidak memprediksi kejatuhan besar, Markus melihat ruang untuk penurunan tambahan. “Saya tidak percaya pada konsep siklus, tapi saya memperkirakan kita akan berada di fase konsolidasi dan mungkin turun sedikit lebih jauh dari posisi saat ini. USD 85.000 adalah target penurunan maksimum saya,” tambahnya.
ADVERTISEMENT
