Harga CPO Membaik, Bakrie Sumatera Optimistis Kinerja Positif

20 Februari 2017 15:56 WIB
clock
Diperbarui 14 Maret 2019 21:18 WIB
comment
0
sosmed-whatsapp-white
copy-link-circle
more-vertical
ADVERTISEMENT
Ilustrasi Kelapa Sawit (Foto: Pixabay)
zoom-in-whitePerbesar
Ilustrasi Kelapa Sawit (Foto: Pixabay)
Emiten perkebunan PT Bakrie Sumatera Plantations Tbk (UNSP) telah memperoleh persetujuan pemegang saham untuk melakukan penggabungan saham (reverse stock) dengan rasio 10:1. Aksi korporasi ini nantinya akan mengubah nominal saham UNSP dari Rp 100 per saham menjadi Rp 1.000 per saham. Selain itu, harga sahamnya sendiri akan bangkit dari posisi saham tidur di level Rp 50-an per saham menuju Rp 500-an per saham sehingga bisa diperdagangkan kembali di pasar reguler.
ADVERTISEMENT
Direktur & Investor Relations UNSP, Andi W. Setianto mengatakan, aksi reverse stock ini adalah permintaan dari kreditur sebagai syarat awal untuk memulai proses restrukturisasi utang perseroan yang mencapai Rp 9,15 triliun.
Menurut Andi, selama ini beban keuangan perseroan lantaran tingginya pembayaran bunga sebesar Rp 600-700 miliar per tahun. Dengan aksi korporasi ini diharapkan dapat berkurang.
Direktur dan Investor Relations UNSP. (Foto: Edy Sofyan/kumparan)
zoom-in-whitePerbesar
Direktur dan Investor Relations UNSP. (Foto: Edy Sofyan/kumparan)
"Lebih banyak ketersediaan dana untuk kegiatan operasional kebun dan pabrik, tentu akan meningkatkan lagi produksi sawit dan karet perseroan," kata Andi usai Rapat Umum Pemegang Saham Luar Biasa (RUPSLB) perseroan di Aston Rasuna, Jakarta, Senin (20/2).
Sebab, Andi menyebutkan, harga komoditas sawit utama yaitu CPO terus membaik dari level bulanan terendah sebesar 530 dolar AS per ton FOB (free on board) Malaysia di Januari 2016 ke level tertinggi 730 dolar AS di Januari 2017.
ADVERTISEMENT
Sebagai informasi, PT Bakrie Sumatera Plantations Tbk dimiliki oleh 18.749 pemegang saham publik di lebih dari 120 sekuritas dan wali amanat, dengan komposisi 71,7 persen individu lokal, 14 persen institusi lokal, 13,6 persen institusi asing, dan 0,7 persen individu asing.
Namun, Andi belum bisa memberikan prediksi penjualan dan laba bersih tahun ini.
Ia hanya menjelaskan, perseroan akan fokus pada restrukturisasi, dan tidak berencana ekspansi tahun ini. Perseroan mengandalkan inovasi melalui pengembangan bibit unggul yang menghasilkan produksi buah sawit lebih banyak dengan luasan lahan kebun yang sama.
Menurut Andi, saat ini, dengan luas pertanaman sawit nasional kurang lebih 10 juta hektar, total produksi hanya sekitar 30 juta ton CPO per tahun, dengan bibit unggul maka potensi produktivitas bisa meningkat menjadi 80 juta ton CPO per tahun setelah program replanting.
ADVERTISEMENT
Produktivitas bibit unggul perseroan bisa menghasilkan 35 ton buah sawit per hektar dan ekstraksi CPO-nya 23 persen, atau sekitar 8 ton CPO per hektar per tahun.
"Perseroan melihat bibit unggul dan pendampingan petani pemilik lahan pertamanan sawit nasional kurang lebih 4 juta hektar sebagai kunci produktivitas berkelanjutan," jelasnya.
Emiten perkebunan ini mencatatkan rugi bersih per September 2016 mencapai Rp 328,71 miliar atau turun 77,4 persen dari capaian akhir September 2015 sebesar Rp 1,45 triliun. Penjualan bersih sendiri mencapai Rp 1,16 triliun sepanjang Januari-September 2016, atau turun 26,87 persen dari periode sama tahun sebelumnya yang Rp 1,59 triliun.