Harga Daging Sapi di Jakarta Tembus Rp 160 Ribu per Kg, Kok Bisa?

24 Februari 2022 14:57 WIB
·
waktu baca 2 menit
comment
4
sosmed-whatsapp-white
copy-link-circle
more-vertical
Pekerja UPTD Inseminasi Buatan dan Inkubator Dinas Peternakan Aceh merawat sapi yang dikembangkan untuk memenuhi kebutuhan daging di Aceh Besar. Foto: ANTARA FOTO /Irwansyah Putra
zoom-in-whitePerbesar
Pekerja UPTD Inseminasi Buatan dan Inkubator Dinas Peternakan Aceh merawat sapi yang dikembangkan untuk memenuhi kebutuhan daging di Aceh Besar. Foto: ANTARA FOTO /Irwansyah Putra
ADVERTISEMENT
Setelah minyak goreng dan kedelai yang mahal, kini harga daging sapi Indonesia terpantau naik. Per hari ini, harga pasaran daging sapi di Jakarta bahkan ada yang mencapai Rp 160.000 per kg.
ADVERTISEMENT
Wakil Ketua Umum Kadin Bidang Perdagangan, Juan Permata Adoe menjelaskan salah satu penyebabnya adalah memang harga sapi global sedang naik, salah satunya di Australia. Indonesia sendiri merupakan negara pengimpor sapi dari Negeri Kanguru.
Pada akhir bulan Desember 2021, jelas Juan, sapi bakalan Steers Darwin dipasarkan dengan harga sekitar AUD 4.70 (dolar Australia) atau setara Rp 48.637 per kg bobot hidup. Harga tersebut terus menanjak hingga akhir Januari lalu.
“Pada akhir Desember, sapi bakalan Steers Darwin dipasarkan dengan harga sekitar AUD 4,70 per kg bobot hidup dengan beberapa spekulasi bahwa harga AUD 5,00 mungkin bisa terjadi dalam beberapa bulan mendatang. Pada akhir bulan Januari, sapi bakalan Darwin dijual dengan harga AUD 5,35 per kg bobot hidup atau lebih,” kata Juan kepada kumparan, Kamis (24/2).
ADVERTISEMENT
Selain memang harganya yang mahal, penyebab harga sapi di dalam negeri naik adalah karena rantai pasokan yang panjang. Dari harga yang didapatkan dari impor tersebut, daging sapi tiba di Indonesia dibanderol menjadi AUD 6,35 atau sekitar Rp 65.712 per kg bobot hidup.
“Dengan menggunakan aturan praktis AUD 1,00 per kg untuk semua biaya proses ekspor, sapi bakalan ini masuk di dermaga Indonesia dengan harga sekitar AUD 6,35 atau USD 4,57 per kg bobot hidup,” jelasnya.
Pedagang menata daging sapi yang dijual di Pasar Senen, Jakarta, Senin (10/5). Foto: Aditya Pradana Putra/Antara Foto
Untuk sampai di konsumen, sapi impor ini nanti akan melewati feedlot terlebih dahulu untuk penggemukan. Menurut Juan, biaya operasional feedlot untuk pembelian pakan ini juga mengalami kenaikan.
“Sekarang harga sumber pakan lokal tradisional seperti limbah tapioka, bungkil kopra, PKC, dan banyak komoditas lainnya meningkat karena peningkatan teknologi ekstraksi dan peningkatan permintaan dan harga ekspor,” jelasnya.
ADVERTISEMENT
Lebih lanjut, Juan menjelaskan bahwa kebutuhan daging sapi Indonesia terlalu tergantung pada Australia. Sementara volume sapi potong di Negeri Kanguru tersebut sudah menurun populasinya.
“Sumber lain sapi potong yang murah adalah Brasil dan Sudan Afrika,” pungkas Juan.