Harga Gabah Melandai, Bapanas Berharap Beras Ikut Turun

27 Februari 2024 13:23 WIB
·
waktu baca 2 menit
comment
0
sosmed-whatsapp-white
copy-link-circle
more-vertical
Kepala Badan Pangan Nasional Arief Prasetyo Adi dalam Gerakan Pangan Murah Serentak Nasional di Gedung Badan Pangan Nasional, Jakarta, Senin (16/10/2023). Foto: Dok. Badan Pangan Nasional
zoom-in-whitePerbesar
Kepala Badan Pangan Nasional Arief Prasetyo Adi dalam Gerakan Pangan Murah Serentak Nasional di Gedung Badan Pangan Nasional, Jakarta, Senin (16/10/2023). Foto: Dok. Badan Pangan Nasional
ADVERTISEMENT
Kepala Badan Pangan Nasional (Bapanas), Arief Prasetyo Adi, mengungkapkan saat ini harga gabah sudah mulai melandai. Seiring dengan itu, dia berharap harga beras di pasar bisa ikut turun.
ADVERTISEMENT
Arief menyebut, beberapa daerah di Indonesia sudah mulai panen, seperti Tuban, Lamongan, Bojonegoro, hingga Demak, sampai Sumatera Selatan.
"Dan harga gabah sendiri sudah terkoreksi mulai dari Rp 8.600, Rp 8.000, rata-rata nasional hari ini Rp 7.100. Biasanya kalau harga beras itu apa kata harga gabah," kata Arief saat ditemui setelah Rakornas Penanganan Kerawanan Pangan dan Gizi di The Margo Hotel Depok, Selasa (27/2).
Arief menjelaskan harga beras di pasar biasanya dua kali lipat dari harga gabah. Maka bila gabah di level Rp 8.000, maka harga beras bisa menyentuh Rp 16.000 per kg.
"Nah kita harapkan dengan harga gabah yang sudah Rp 7.000 itu artinya bisa mengkoreksi harga beras yang ada di pasar," kata Arief.
ADVERTISEMENT
Sementara untuk menekan harga beras di pasar, pemerintah menambah distribusi beras SPHP Bulog menjadi 250 ribu ton, termasuk ke ritel-ritel modern.
Pekerja menjemur gabah. Foto: ANTARA FOTO/Irwansyah Putra
"Jadi kalau melihat harga beras yang hari ini harganya di bawah Rp 13.000 itu adalah beras intervensi dari pemerintah. Karena enggak mungkin penggiling padi bisa memproduksi beras dengan harga di bawah itu tanpa bantuan beras Bulog untuk melakukan intervensi," tutur Arief.
Sebelumnya, Kementerian Pertanian memastikan pasokan gabah dari produksi dalam negeri bisa menyuplai kebutuhan.
"Jadi ketersediaan beras dapat terjaga dan kini memasuki musim panen di beberapa daerah. Prediksi Maret nanti akan menghasilkan beras sekitar 3,51 juta ton dan pada bulan April akan lebih tinggi lagi” kata Direktur Serealia Direktorat Jenderal Tanaman Pangan, Kementerian Pertanian, Ismail Wahab dalam rilis resmi, Sabtu (24/2).
ADVERTISEMENT
Kementan memprediksi jumlah produksi pada awal tahun 2024, mulai dari Januari hingga Maret, masih akan memasok kebutuhan nasional. Pada Januari 2024, dari seluruh daerah di Indonesia diprediksi produksi padi berjumlah 1,6 juta ton gabah kering giling (GKG).
Lalu, pada Februari 2024, prediksi produksi padi berkisar di angka 2,4 juta ton GKG. Kemudian pada Maret 2024, produksi padi diprediksi berjumlah 6,1 juta ton GKG. Kementan memprediksi pada April nanti produksinya lebih tinggi lagi dibandingkan Maret.
"Salah satunya di Jawa Timur, misalnya di Ngawi, sudah mulai memasuki musim panen dan siap berproduksi. Ngawi salah satu sentra produksi nasional” kata Ismail.