Tentang KamiPedoman Media SiberKetentuan & Kebijakan PrivasiPanduan KomunitasPeringkat PenulisCara Menulis di kumparanInformasi Kerja SamaBantuanIklanKarir
2025 © PT Dynamo Media Network
Version 1.96.1
![LPG Nonsubsidi. Foto: Pertamina](https://blue.kumparan.com/image/upload/fl_progressive,fl_lossy,c_fill,q_auto:best,w_640/v1606458598/foaxwarvgce3g4exvmdd.jpg)
ADVERTISEMENT
Sejak akhir Februari lalu Pertamina menaikkan harga gas LPG nonsubsidi menjadi Rp 15.500 per kg. Kenaikan tersebut menjadi yang kedua kalinya dalam kurun waktu hanya dua bulan saja. Sebelumnya Pertamina juga menaikkan harga gas LPG pada 25 Desember 2021.
ADVERTISEMENT
Di tengah situasi lonjakan harga gas itu, Direktur Executive Energy Watch Mamit Setiawan menilai konversi kompor gas menjadi kompor listrik bisa menjadi solusi yang tepat. Dari segi biaya, menurutnya kompor listrik lebih ekonomis.
“Saya kira ini solusi yang sangat bagus dan menarik. Karena berdasarkan perhitungan, dengan menggunakan kompor listrik biaya yang dikeluarkan masih lebih murah jika menggunakan LPG NPSO (nonsubsidi). Apalagi, LPG NPSO baru saja mengalami penyesuaian,” kata Mamit kepada kumparan, Senin (7/3).
Menurutnya, hal ini menjadi peluang bagi PLN. Apalagi dari infrastruktur dan sumber daya yang dimiliki PLN menurut Mamit sudah mumpuni. Hal itu bisa dilihat dari kondisi pasokan listrik PLN yang oversupply.
Diketahui, oversupply (kelebihan pasokan) listrik PLN untuk pulau Jawa saja, akhir tahun 2022 ini diperkirakan mencapai 6.000 megawatt, sedangkan demand atau permintaannya hanya 800 megawatt. Tak hanya di Jawa, kelebihan pasokan listrik ini juga terjadi di Papua dengan potensi sebesar 2.300 megawatt.
ADVERTISEMENT
“Jadi, tidak perlu khawatir untuk menggunakan kompor listrik ini. Berapa pun kebutuhan listriknya akan terpenuhi,” ujar Mamit.
Kendati punya pasokan melimpah, penggunaan kompor listrik nyatanya masih dihadapkan banyak kendala. Pertama menurut Mamit adalah regulasi, bahwa sampai saat ini belum ada regulasi yang mengatur tentang pengaplikasian kompor listrik ini.
Yang kedua, lanjut Mamit, dari segi konsumsi listrik menurutnya masih terlalu tinggi sehingga tidak semua lapisan masyarakat bisa memasang kompor listrik di rumahnya.
“Kendala terbesar adalah saat ini kompor listrik ini masih cukup tinggi watt-nya. Jadi, tidak semua masyarakat bisa menggunakan. Belum lagi peralatannya juga berbeda dengan kompor LPG,” jelas Mamit.
“Jadinya ada investasi tambahan yang diperlukan. Ke depan, saya kira pemerintah dan PLN bisa memberikan kompor listrik dan peralatan memasak gratis kepada masyarakat,” pungkasnya.
ADVERTISEMENT