Tentang KamiPedoman Media SiberKetentuan & Kebijakan PrivasiPanduan KomunitasPeringkat PenulisCara Menulis di kumparanInformasi Kerja SamaBantuanIklanKarir
2024 © PT Dynamo Media Network
Version 1.93.2
Harga Jagung Sulit Turun meski Bulog Sudah Impor 100 Ribu Ton
9 Februari 2019 11:47 WIB
Diperbarui 21 Maret 2019 0:05 WIB
ADVERTISEMENT
ADVERTISEMENT
Kedatangan jagung impor tersebut diharapkan sebagai alat untuk meredam harga jagung di pasaran khususnya di peternak. Namun fakta justru sebaliknya. Jagung impor Bulog belum berhasil menurunkan harga di peternak.
Saat ini rata-rata harga jagung masih cukup tinggi yaitu Rp 6.200-Rp 6.300 per kilogram (kg). Sementara harga acuan jagung untuk kebutuhan ternak dari pemerintah menurut Peraturan Menteri Perdagangan (Permendag) Nomor 96 Tahun 2018 Rp 4.000 per kg.
“(Enggak bisa) harga jagung masih tinggi Rp 6.200-Rp 6.300 per kg,” kata Presiden Peternak Layer Nasional, Ki Musbar, kepada kumparan, Sabtu (9/2).
Ki Musbar menambahkan kenaikan harga jagung ini terjadi sejak pasokan jagung mulai menipis alias seret pada akhir tahun lalu. Padahal peternak membutuhkan jagung untuk pakan ternak sekitar 1,1 juta per bulan.
“Kebutuhan itu 240 ribu ton peternak ayam broiler dan 800 ribu ton ayam layer enggak ada barangnya. Mau ambil dari mana,” keluhnya.
ADVERTISEMENT
Oleh karena itu saat ini peternak mengalami kesulitan untuk mencari jagung untuk bahan pakan. Bahkan Ki Musbar mengaku saat ini peternak terpaksa menggunakan jagung basah atau jagung yang memiliki kadar air 32 persen. Biasanya jagung yang digunakan peternak untuk pakan adalah yang memiliki kadar air sekitar 15 persen.
“Pakai jagung basah, yang jumlahnya enggak banyak. Jadi mereka tiap hari cari jagung di daerah-daerah ke tengkulak-tengkulak. Jadi kalau musim jagung panen raya kan mereka bisa stok sekitar 2 minggu sampai 1 bulan,” lanjutnya.