Harga Kendaraan Listrik Diprediksi Turun 6 Persen di 2022, Apa Saja Penyebabnya?

12 Januari 2022 13:50 WIB
·
waktu baca 2 menit
comment
0
sosmed-whatsapp-white
copy-link-circle
more-vertical
Ilustrasi Stasiun Pengisian Kendaraan Listrik Umum (SPKLU). Foto: Dok. PLN
zoom-in-whitePerbesar
Ilustrasi Stasiun Pengisian Kendaraan Listrik Umum (SPKLU). Foto: Dok. PLN
ADVERTISEMENT
sosmed-whatsapp-green
kumparan Hadir di WhatsApp Channel
Follow
Salah satu upaya pemerintah untuk menurunkan emisi karbon yaitu dengan menggalakkan penggunaan kendaraan listrik atau kendaran bermotor berbasis baterai (KBLBB) electric vehicle (EV). Adapun di tahun 2022 ini, harga KBLBB diperkirakan turun sebesar 6 persen.
ADVERTISEMENT
Hal tersebut diungkapkan oleh Komisaris Utama PT Perusahaan Gas Negara Tbk (PGN), Arcandra Tahar. Dia menjelaskan, penurunan harga sebesar 6 persen tersebut tergantung dari harga baterai.
"Secara harga, diperkirakan turunnya 6 persen tergantung harga baterai, karena komponen terbesar dari EV ada di harga baterai," ujar Arcandra dalam PGN Energy Economic Outlook 2022, Rabu (12/1).
Dalam hal pertumbuhan permintaan dari pasar kendaraan listrik di Indonesia, Arcandra memprediksi akan ada peningkatan. Kendati begitu, angkanya akan lebih rendah dari yang diharapkan karena ada beberapa faktor.
"Satu, lima tahun lalu pemerintah mendukung EV dengan insentif, kredit, dan lain-lain. Tapi sekarang kebanyakan sudah phased-out tahun ini, kalau tidak diperbarui insentif ini akan memengaruhi kebutuhan dan penjualan EV," jelas dia.
ADVERTISEMENT
Faktor kedua, lanjut Arcandra, yaitu adanya perang insentif yang terjadi di beberapa negara produsen kendaraan listrik. Hal itu akan memengaruhi harga dan kemajuan dari industri ini ke depan.
Presiden Joko Widodo usai Groundbreaking Pabrik Baterai Kendaraan Listrik Pertama di Asia Tenggara, di kawasan Industri Kerawang, Jawa Barat, Rabu (15/9). Foto: Agus Suparto/Istana Presiden
"Kalau perang berlanjut untuk melindungi local industry mereka, (industri) ini progresnya akan terhambat," katanya.
Selanjutnya, progres industri kendaraan listrik juga dipengaruhi oleh adanya shortage dari segi chip. Terakhir, Arcandra menuturkan faktornya adalah harga baterai yang saat ini belum ada yang mengalahkan mobil berbahan bakar fosil secara ekonomis.
"Kalau kita bicara dari sisi listrik yaitu NMC 811, atau nikel kobalt 811. Itu masih sekitar 12-15 sen per kwh, masih mahal," tutur dia.
Arcandra pun menjelaskan, ada satu hal yang patut diwaspadai terkait progres dari industri kendaraan listrik, yaitu dari dukungan pemerintah Amerika Serikat terhadap industri ini.
ADVERTISEMENT
"Ini juga sudah menjadi undang-undang, bahwa mereka akan investasi USD 7,5 miliar untuk membangun network EV charger. Kalau ini terlaksana kemungkinan besar progres EV akan jauh lebih tinggi," tuturnya.