Harga Komoditas: Batu Bara Naik 0,7 Persen, Minyak Mentah Turun 2 Persen

18 November 2024 8:30 WIB
·
waktu baca 4 menit
comment
0
sosmed-whatsapp-white
copy-link-circle
more-vertical
Ilustrasi tambang batu bara. Foto: Shutterstock
zoom-in-whitePerbesar
Ilustrasi tambang batu bara. Foto: Shutterstock
ADVERTISEMENT
Harga minyak mentah turun lebih dari 2 persen pada Jumat (15/11), karena investor khawatir tentang melemahnya permintaan di China dan potensi perlambatan laju pemotongan suku bunga Federal Reserve AS.
ADVERTISEMENT
Dikutip dari Reuters, harga minyak mentah Brent turun 2,09 persen menjadi USD 71,04 per barel. Harga minyak mentah West Texas Intermediate (WTI) AS turun 2,45 persen menjadi USD 67,02 per barel. Selama sepekan, harga minyak Brent merosot sekitar 4 persen sementara WTI turun sekitar 5 persen.
Penyulingan minyak China pada bulan Oktober memproses 4,6 persen lebih sedikit minyak mentah daripada tahun sebelumnya karena penutupan pabrik dan pengurangan tingkat operasi pada penyulingan independen yang lebih kecil, data dari Biro Statistik Nasional menunjukkan pada hari Jumat.
Pertumbuhan produksi pabrik negara itu melambat bulan lalu dan kemerosotan permintaan di sektor properti menunjukkan sedikit tanda-tanda akan mereda, menambah kekhawatiran investor terhadap kesehatan ekonomi importir minyak mentah terbesar di dunia.
ADVERTISEMENT
Batu Bara
Sedangkan harga batu bara naik pada penutupan perdagangan Jumat. Harga batu bara kontrak Desember 2024 berdasarkan bursa ICE Newcastle naik 0,7 persen dan menetap di USD 143.40 per ton.
Menurut catatan tradingeconomics, data terbaru menunjukkan produksi batu bara China naik 4,4 persen dari tahun sebelumnya pada September, karena berakhirnya inspeksi keselamatan di tambang-tambang besar memungkinkan produsen untuk meningkatkan kapasitas. Selain itu, curah hujan yang cukup di wilayah Yunnan meningkatkan pembangkitan listrik tenaga air, mengambil bagian yang lebih besar dari pembangkitan utilitas.
Namun, permintaan yang kuat untuk tenaga batu bara tahun ini membuat harga berjangka 27 persen lebih tinggi dari titik terendah tahun ini. Pembangkitan listrik termal di China naik hampir 10 persen dari tahun sebelumnya pada September, meskipun ada peningkatan kekhawatiran tentang hambatan ekonomi makro. Permintaan yang lebih besar ditegaskan oleh peningkatan impor sebesar 13 persen selama periode tersebut ke rekor tertinggi sebesar 47,6 ton.
ADVERTISEMENT
CPO
Harga minyak kelapa sawit (crude palm oil/CPO) juga menguat pada penutupan perdagangan Jumat. Berdasarkan situs tradingeconomics, harga CPO turun 2,38 persen menjadi MYR 5.082 per ton.
Harga CPO melemah setelah mencapai titik tertinggi sejak Juni 2022 di MYR 5.200. Pertumbuhan produksi minyak sawit telah mandek dalam beberapa tahun terakhir karena perkebunan yang menua dan moratorium pembukaan lahan untuk mengekang deforestasi. Data dari Dewan Minyak Sawit Malaysia menunjukkan produksi Oktober turun 1,35 persen dari September menjadi 1,7 juta ton.
Untuk mengendalikan harga lokal, Malaysia menaikkan bea ekspor minyak sawit mentah menjadi 10 persen untuk harga di atas MYR 4.050. Sementara itu, Indonesia berencana untuk meningkatkan campuran biodieselnya dari 35 persen menjadi 50 persen pada tahun 2028, dengan target 40 persen pada tahun 2025, sebuah langkah yang dapat semakin memperketat pasokan minyak sawit global.
ADVERTISEMENT
Nikel
Adapun harga nikel terpantau mengalami penurunan pada penutupan perdagangan Jumat. Harga nikel berdasarkan situs tradingeconomics anjlok 1,51 persen menjadi USD 15.497 per ton.
Harga nikel kembali melemah menyusul penurunan logam dasar lainnya, karena pasar bereaksi terhadap kurangnya stimulus yang kuat dari China. Harga nikel tetap berada di atas level terendah karena kekhawatiran pasokan dari Indonesia, pemasok nikel terbesar di dunia.
Indonesia menghadapi tantangan dalam menerbitkan izin pertambangan, dan banyak peleburan beralih ke impor dari Filipina. Selain itu, Indonesia berencana untuk memperluas larangan ekspornya, termasuk bijih nikel, yang dapat semakin memperketat pasokan global.
Timah
Sementara itu, harga timah juga terpantau mengalami penurunan pada penutupan perdagangan Jumat. Berdasarkan London Metal Exchange (LME), harga timah kembali merosot 0,66 persen menjadi USD 28.742 per ton.
ADVERTISEMENT
Harga timah menurun karena dukungan ekonomi yang kurang memuaskan dari China meredam prospek permintaan industri, serta kekhawatiran pasokan.
Aktivitas yang lebih rendah dari yang diharapkan di tambang timah utama di Negara Bagian Wa Myanmar membuat ketersediaan bijih untuk peleburan China tetap rendah. Tingkat aktivitas yang lebih rendah menantang ekspektasi sebelumnya bahwa produksi timah akan pulih di wilayah tersebut selama akhir tahun 2024, meskipun ada ketidakstabilan politik di Myanmar.