Harga Komoditas: CPO Melesat 2,6 Persen, Nikel Anjlok 1,7 Persen

3 Juli 2024 8:20 WIB
·
waktu baca 2 menit
comment
0
sosmed-whatsapp-white
copy-link-circle
more-vertical
Ilustrasi Tambang Nikel Indonesia Foto: Masmikha/Shutterstock
zoom-in-whitePerbesar
Ilustrasi Tambang Nikel Indonesia Foto: Masmikha/Shutterstock
ADVERTISEMENT
sosmed-whatsapp-green
kumparan Hadir di WhatsApp Channel
Follow
Harga minyak mentah turun pada Selasa (2/7), karena memudarnya kekhawatiran bahwa Badai Beryl akan mengganggu pasokan.
ADVERTISEMENT
Dikutip dari Reuters, minyak mentah berjangka Brent turun 0,42 persen menjadi USD 86,24 per barel. Minyak mentah West Texas Intermediate (WTI) AS menetap pada USD 82,81 per barel, turun 0,68 persen.

Batu Bara

Sedangkan harga batu bara naik tipis pada penutupan perdagangan Selasa. Harga batu bara berdasarkan situs tradingeconomics naik 0,11 persen dan menetap di USD 132.25 per ton.
Batu bara di bursa Newcastle turun ke level USD 130 per ton karena lemahnya permintaan China dan India, konsumen batu bara terbesar di dunia. Kedua negara diperkirakan akan mengurangi impor mereka pada Juni dibandingkan bulan sebelumnya.
China telah membuat kemajuan dalam meningkatkan pengukuran kandungan karbon dalam produk-produknya. Sementara Menteri Batubara Federal India G. Kishan Reddy juga mengumumkan rencana untuk mengurangi impor batu bara dan meningkatkan produksi dalam negeri.
ADVERTISEMENT

CPO

Harga minyak kelapa sawit atau crude palmoil (CPO) melesat pada penutupan perdagangan Selasa. Berdasarkan situs tradingeconomics, harga CPO naik 2,66 persen menjadi MYR 4.090 per ton.
Minyak sawit berjangka Malaysia melonjak hingga di atas MYR 4.000 per ton, karena minyak saingannya di Bursa Dalian menguat. Kekhawatiran buruknya produksi masih terus berlanjut, terutama setelah Dinas Pertanian Luar Negeri USDA mengatakan produksi minyak sawit Malaysia mungkin mencapai 18,8 juta ton yang berakhir September.
Namun, angka ekspor lemah mengurangi kenaikan karena data surveyor kargo menunjukkan pengiriman produk minyak sawit Malaysia untuk bulan Juni merosot 11,8-15,4 persen dari bulan sebelumnya. India, kemungkinan akan mendapatkan curah hujan di atas rata-rata pada Juli, sehingga membatasi pembelian minyak sawit.
ADVERTISEMENT

Nikel

Adapun harga nikel terpantau merosot pada penutupan perdagangan Selasa. Harga nikel berdasarkan situs tradingeconomics anjlok 1,73 persen menjadi USD 17.057 per ton.
Nikel kembali merosot karena dana investasi melikuidasi posisi buy di tengah menguatnya dolar AS dan lemahnya data manufaktur dari China. Terhentinya produksi di Kaledonia Baru, dan potensi penghentian izin di Indonesia, harga Nikel turun tajam.
Para analis memperkirakan tantangan yang sedang berlangsung akibat kelebihan pasokan pasar, memperkirakan total stok nikel primer akan mencapai level tertinggi dalam empat tahun pada tahun 2024, sehingga membatasi pemulihan harga yang signifikan pada Mei lalu menembus USD 21.000 per ton.

Timah

Sementara itu, harga timah terpantau cenderung stagnan pada penutupan perdagangan Selasa. Berdasarkan London Metal Exchange (LME), harga timah sedikit menguat 0,06 persen menjadi USD 32.922 per ton.
ADVERTISEMENT