Harga Komoditas Kompak Merosot: Batu Bara 2,5 Persen, Nikel 1,4 Persen

10 Oktober 2024 8:46 WIB
·
waktu baca 4 menit
comment
0
sosmed-whatsapp-white
copy-link-circle
more-vertical
Ilustrasi tambang batu bara. Foto: Shutterstock
zoom-in-whitePerbesar
Ilustrasi tambang batu bara. Foto: Shutterstock
ADVERTISEMENT
Harga minyak mentah turun pada Rabu (9/10), setelah data AS menunjukkan peningkatan persediaan minyak mentah, tetapi kerugian dibatasi oleh risiko gangguan pasokan Iran yang disebabkan oleh ancaman serangan Israel dan Badai Milton di AS.
ADVERTISEMENT
Dikutip dari Reuters, harga minyak mentah Brent ditutup pada USD 76,58 per barel, turun 0,8 persen. Harga minyak mentah West Texas Intermediate (WTI) AS ditutup turun 0,5 persen menjadi USD 73,24 per barel.
Badan Informasi Energi mengatakan persediaan minyak mentah melonjak sebesar 5,8 juta barel menjadi 422,7 juta barel minggu lalu, dibandingkan dengan ekspektasi analis dalam jajak pendapat Reuters untuk kenaikan sebesar 2 juta barel.
AS juga bersiap menghadapi badai besar kedua, Badai Milton , yang menimbulkan tornado dan hujan lebat beberapa jam sebelum badai itu menghantam daratan Florida pada Rabu. Badai tersebut telah meningkatkan permintaan bensin di negara bagian tersebut, dengan sekitar seperempat stasiun pengisian bahan bakar kehabisan stok, yang telah membantu mendukung harga minyak mentah.
ADVERTISEMENT
Batu Bara
Sedangkan harga batu bara merosot pada penutupan perdagangan Rabu. Harga batu bara berdasarkan tradingeconomics turun 2,52 persen dan menetap di USD 147.00 per ton.
Harga batu bara Newcastle didorong oleh kenaikan harga gas di tengah meningkatnya konflik di Timur Tengah dan ketidakseimbangan pasokan-permintaan energi. Di China, harga batu bara dipengaruhi stimulus bank sentral, pengisian stok menjelang hari libur nasional 1-7 Oktober, pengurangan produksi karena hujan lebat, dan peningkatan konsumsi industri.
Sementara itu, India melaporkan penurunan 16 persen dalam output energi terbarukan, disertai dengan peningkatan 15 persen dalam pembangkit listrik tenaga batu bara selama seminggu terakhir. Sebaliknya, Inggris menjadi negara G7 pertama yang sepenuhnya menghentikan PLTU batu bara, ditandai dengan penutupan PLTU 2.000 MW di Nottinghamshire.
ADVERTISEMENT
CPO
Harga minyak kelapa sawit (crude palm oil/CPO) juga menurun pada penutupan perdagangan Rabu. Berdasarkan situs tradingeconomics, harga CPO turun 0,49 persen menjadi MYR 4.230 per ton.
Harga CPO dipengaruhi rencana penerapan mandat biodiesel yang lebih tinggi di Indonesia berpotensi memperketat pasokan komoditas tersebut. Pada saat yang sama, Dewan Minyak Sawit Malaysia menyatakan aturan Eropa yang melarang impor yang terkait dengan deforestasi akan ditangguhkan, setelah usulan Komisi Eropa untuk penundaan satu tahun. Namun, penguatan ringgit membatasi keuntungan lebih lanjut.
Sementara itu, Reuters memproyeksikan persediaan minyak sawit September kemungkinan naik 3,55 persen dari bulan sebelumnya menjadi 1,95 juta metrik ton. Awal minggu ini, kontrak acuan minyak sawit mencapai titik tertinggi dalam enam bulan pada MYR 4.349, menandai kenaikan 7 persen sejauh ini di bulan Oktober.
ADVERTISEMENT
Nikel
Adapun harga nikel terpantau mengalami penurunan pada penutupan perdagangan Rabu. Harga nikel berdasarkan situs tradingeconomics melemah 1,46 persen menjadi USD 17.499 per ton.
Harga nikel berjangka naik karena stimulus paling agresif yang dilakukan China sejak pandemi, sehingga meningkatkan prospek permintaan. Bank sentral China mengumumkan rencana untuk menurunkan biaya pinjaman, menyuntikkan lebih banyak dana ke dalam perekonomian, dan meringankan beban pembayaran hipotek, termasuk mengurangi biaya pinjaman jangka menengah bagi bank.
Selain itu, Departemen Tenaga Kerja AS menyuarakan kekhawatiran tentang kerja paksa di industri nikel Indonesia, yang menandai pertama kalinya nikel Indonesia ditambahkan ke daftar eksploitasinya.
Timah
Sementara itu, harga timah juga terpantau mengalami kenaikan pada penutupan perdagangan Rabu. Berdasarkan situs tradingeconomics, harga timah menurun 1,16 persen menjadi USD 32.867 per ton.
ADVERTISEMENT
Menurut catatan tradingeconomics, harga timah mengikuti reli logam dasar utama karena ekspektasi traksi dalam permintaan China memperbesar dampak dari pasokan yang tidak pasti. Dukungan moneter paling agresif dilakukan China karena serangkaian data ekonomi yang lemah dari Agustus menggarisbawahi perlunya lebih banyak stimulus jika ingin mencapai pertumbuhan 5 persen pada tahun 2024, mendukung prospek sektor manufaktur terbesar di dunia.
Di sisi pasokan, aktivitas yang lebih rendah dari yang diharapkan di tambang timah utama di Negara Bagian Wa Myanmar membuat ketersediaan bijih untuk peleburan China pada tingkat yang rendah.